Senin 08 Apr 2024 07:42 WIB

Penyakit Mentalnya tak Bakal Sembuh, Wanita Belanda Pilih Jalani Euthanasia

Bagaimana hukum euthanasia di Indonesia?

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Suntik mati (ilustrasi). Seorang perempuan asal Belanda memilih untuk menjalani euthanasia karena penyakit mentalnya membuatnya lelah hidup.
Foto: Reed Saxon/AP
Suntik mati (ilustrasi). Seorang perempuan asal Belanda memilih untuk menjalani euthanasia karena penyakit mentalnya membuatnya lelah hidup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan berusia 28 tahun asal Belanda dijadwalkan untuk disuntik mati bulan depan karena perjuangannya melawan penyakit mental. Psikiater menyatakan kondisi pasiennya yang bernama Zoraya ter Beek itu tidak akan pernah membaik.

Beek tinggal di sebuah rumah bagus di kota kecil Belanda dekat perbatasan Jerman bersama kekasihnya dan dua kucing. Meski sehat secara fisik, ia berencana mengakhiri hidupnya karena depresi, autisme, dan gangguan kepribadian.

Baca Juga

Beek pernah berambisi menjadi psikiater, namun dia tidak pernah bisa menyelesaikan sekolah atau memulai karier karena penyakit mentalnya sendiri. Kini, dia mengaku sudah lelah hidup dan ingin mengakhiri hidupnya.

Tato di lengan kiri atasnya menunjukkan pohon kehidupan yang digambar terbalik. "Jika pohon kehidupan melambangkan pertumbuhan dan permulaan baru, maka pohon saya justru sebaliknya," kata Beek kepada The Free Press.

"Ia kehilangan daun-daunnya, ia sekarat. Dan begitu pohon itu mati, burung itu terbang keluar. Saya tidak melihatnya sebagai jiwa saya yang pergi, tetapi lebih sebagai diri saya sendiri yang terbebas dari kehidupan," kata dia.

Dikutip dari Fox News, Senin (8/4/2024), keputusan Beek diambil setelah psikiaternya memberi tahu bahwa mereka telah mencoba segala hal untuk membantu kesehatan mentalnya. Namun, tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuknya.

"Keadaannya tidak akan pernah menjadi lebih baik," ujar Beek menceritakan ucapan psikiaternya.

Setelah mengumumkan keputusannya, Beek mengatakan, jika keadaannya tidak juga membaik maka dia tidak dapat menjalani hidupnya lagi. Mengenai rencananya, Beek mengatakan, dia akan berbaring di sofa ruang tamu tanpa musik, didampingi sang kekasih.

"Dokter benar-benar membutuhkan waktu. Bukan seperti mereka masuk dengan mudah dan berkata 'tolong berbaring'. Sering kali yang pertama dilakukan adalah meminum secangkir kopi untuk menenangkan saraf dan menciptakan suasana nyaman kemudian dokter akan bertanya apakah saya sudah siap," ujar dia.

"Saya akan mengambil tempat di sofa. Dokter akan sekali lagi bertanya apakah saya yakin, dan dia akan memulai prosedurnya dan mendoakan perjalanan saya menyenangkan. Atau, dalam kasus saya, tidur siang yang nyenyak karena saya benci jika orang mengatakan 'Perjalanan aman'. Aku bukannya mau pergi berjalan-jalan," kata dia.

Selanjutnya, dokter akan memberikan obat penenang dan kemudian obat untuk menghentikan jantung Beek. Setelah kematiannya, komite peninjau euthanasia akan mengevaluasi kematian Beek untuk memastikan dokter mengikuti kriteria prosedur yang sesuai, dan pemerintah Belanda akan menyatakan bahwa hidupnya telah diakhiri secara sah.

Tidak ada pemakaman yang akan diadakan setelah kematian Beek. Dia akan dikremasi dan pacarnya akan menebarkan abunya di area hutan yang mereka pilih bersama.

"Saya tidak ingin membebani pasangan saya dengan harus menjaga makam tetap rapi. Kami belum memilih guci, tapi itu akan menjadi rumah baruku!" ujar Beek.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement