REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Astronaut asal Uni Emirat Arab, Nora Al-Matrooshi, menjadi perempuan Arab pertama yang lulus dari program pelatihan NASA. Karena dirinya berhijab, NASA membuatkan jilbab khusus bagi Al-Matrooshi agar pakaiannya bisa menyesuaikan dengan kondisi di luar angkasa.
NASA mengembangkan strategi yang memungkinkannya rambutnya tetap tertutup saat mengenakan pakaian luar angkasa dan helm putih ikonik milik badan tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai Extravehicular Mobility Unit atau EMU. “Saat saya masuk ke EMU, saya mengenakan topi (komunikasi) (yang dilengkapi dengan mikrofon dan speaker), yang menutupi rambut saya,” kata Al-Matrooshi.
Tantangannya muncul justru ketika Al-Matrooshi melepas topi komunikasi tersebut, bersamaan dengan jilbabnya. Yang lebih rumit lagi, hanya bahan yang diizinkan secara khusus yang boleh dikenakan di dalam EMU. “Para ahli akhirnya menjahitkan jilbab darurat untuk saya, sehingga saya bisa mengenakannya, mengenakan setelan tersebut, lalu mengenakan topi komunikasi, lalu ketika melepasnya dan rambut saya akan tetap tertutup. Jadi saya benar-benar, sangat menghargai mereka melakukan itu untuk saya,” kata Al-Matrooshi.
Pakaian unik miliknya yang tidak disebutkan detail terbuat dari bahan apa. NASA berencana mengembalikan manusia ke permukaan bulan pada 2026 untuk misi Artemis 3. “Saya rasa menjadi astronaut itu sulit, apa pun agama atau latar belakang kita,” kata dia kepada AFP.
“Saya tidak berpikir menjadi seorang Muslim membuat segalanya menjadi lebih sulit. Namun menjadi seorang Muslim membuat saya sadar akan kontribusi nenek moyang saya, para cendekiawan Muslim dan ilmuwan sebelum saya yang mempelajari bintang-bintang,” ujar dia.
Baginya, menjadi astronaut hanyalah membangun warisan dari apa yang sudah dimulai nenek moyangnya ribuan tahun lalu. Al-Matrooshi menghabiskan sebagian besar hidupnya menatap bintang-bintang dan bermimpi bisa terbang ke bulan.
Ia mengenang pelajaran sekolah dasar tentang luar angkasa, di mana gurunya menyimulasikan perjalanan ke permukaan bulan, lengkap dengan pakaian antariksa seni dan kerajinan, serta tenda untuk kapal roket. “Kami keluar dari tenda, dan kami melihat dia mematikan lampu di ruang kelas kami. Segala sesuatunya ditutupi kain abu-abu, dan dia memberi tahu kami bahwa kami berada di permukaan Bulan,” kata Al-Matrooshi.
“Hari itu bergema di benak saya, dan terus melekat di benak saya. Saya ingat berpikir, 'Ini luar biasa. Saya ingin melakukan ini dengan sungguh-sungguh, saya ingin benar-benar sampai ke permukaan bulan'. Dan saat itulah semuanya dimulai,” kata dia.
Al-Matrooshi, seorang insinyur mesin dengan pelatihan yang telah bekerja di industri minyak adalah salah satu dari dua kandidat astronaut yang dipilih oleh Badan Antariksa Uni Emirat Arab (UAESA) pada 2021 untuk mendaftar dalam program pelatihan dengan badan antariksa Amerika Serikat, NASA.
Kini, setelah dua tahun bekerja keras (termasuk latihan berjalan di luar angkasa), Al-Matrooshi dan rekannya dari Emirat, Mohammad Al-Mulla, dan 10 orang lainnya di kelas pelatihan mereka telah menjadi astronaut yang memenuhi syarat.
Kelompoknya yang dikenal sebagai The Flies kini memenuhi syarat untuk misi NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), meluncurkan Artemis ke bulan. UAESA mengumumkan awal tahun ini rencana untuk membangun airlock (sebuah pintu khusus) untuk Gateway, stasiun ruang angkasa yang sedang dikembangkan untuk suatu hari nanti mengorbit bulan.
“Saya ingin mendorong umat manusia lebih jauh dari sebelumnya. Saya ingin umat manusia kembali ke bulan, dan saya ingin umat manusia melampaui bulan, dan saya ingin menjadi bagian perjalanan itu,” kata Al-Matrooshi.