REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap harinya, dalam 40 detik ada seseorang yang terkena serangan jantung dan penyakit membunuh tanpa membedakan gender. Dilansir laman Medical Daily pada Senin (26/2/2024) disebutkan bahwa serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tiba-tiba berkurang atau terputus akibat adanya penumpukan lemak (plak), kolesterol dan zat lainnya.
"Penyakit jantung pembunuh nomor satu bagi pria dan wanita di Amerika Serikat. Namun, di situlah persamaannya, namun keduanya memiliki gejala yang berbeda,” kata Chief Medical Officer for Prevention for the American Heart Association dr Eduardo Sancez.
Menurut dia, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis dan memahami tanda-tanda gejala untuk meminimalkan perburukan kondisi. Oleh karenanya, sangat penting untuk memahami bagaimana gejalanya yang bervariasi antar pria dan wanita.
Pada umumnya, ketika pria terkena serangan jantung gejala yang dirasakan antara lain nyeri dada seperti tertekan, nyeri pada rahang, leher, punggung, mual atau muntah dan sesak napas. Gejalanya berbeda dengan wanita yang kebanyakan mengalami serangan jantung tanpa merasakan nyeri dada. Banyak laporan mengatakan, wanita cenderung merasa nyeri leher, punggung, bahu, rahang, sesak nafas, nyeri di lengan, berkeringat, mual, muntah dan pusing.
Lainnya, mungkin mengalami gejala-gejala seperti sakit perut, gangguan pencernaan, mulas, dan kelelahan ekstrem bahkan beberapa minggu sebelum terkena serangan jantung. Timbulnya gejala nyeri di dada saat serangan jantung, biasanya terjadi secara terus menerus. Namun sulit untuk mengetahui apakah itu berkaitan dengan jantung atau penyebab lain. Intensitas sakitnya mungkin akan berbeda-beda tiap individu.
Tapi bagi sebagian orang hanya berupa rasa tidak nyaman yang ringan di dada, sementara bagi yang lain akan sangat menyiksa. Lebih lanjut berdasarkan studi pada 2003 menyatakan sekitar 80 persen wanita terkena serangan jantung, mengalami satu gejala setidaknya empat pekan sebelum merasakan serangan jantung. Sayangnya, mereka cenderung mengabaikan gejala tersebut karena mengira gejalanya tidak mengancam jiwa dan tidak berhubungan dengan jantung.
Misalnya, seperti flu, stres dan timbul perasaan cemas. Walaupun nyeri dada adalah awal mula dari serangan jantung, penyakit itu bisa dikaitkan dengan kondisi seperti pankreatitis, pneumonia atau serangan panik.
Penting untuk dipahami bahwa hanya 20 persen kasus nyeri dada yang diidentifikasi sebagai serangan jantung. Oleh karena itu, disarankan agar segera menghubungi pihak medis, jika seseorang mengalami nyeri dada yang baru atau tanpa sebab terutama jika disertai dengan gejala-gejala lain.