Senin 29 Jan 2024 18:16 WIB

Penyebab Terbesar Penyakit Akibat Pangan, Masyarakat Diminta Waspada

Anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena penyakit akibat pangan.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Ilustrasi korban keracunan makanan. Anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena penyakit akibat pangan.
Foto: Dok Republika
Ilustrasi korban keracunan makanan. Anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena penyakit akibat pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit akibat pangan atau foodborne illness setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi mengintai di sekitar kita. Anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena penyakit ini, sehingga orang tua dianjurkan waspada.

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik, Yoga Devaera, mengutip paparan data global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, bahwa 600 juta orang sakit akibat kontaminasi pangan. Dari angka itu, 420 ribu orang meninggal dunia per tahun. 

Baca Juga

Hal yang dia soroti, 40 persen kasus keracunan pangan terjadi pada balita. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menjelaskan, penyakit akibat pangan bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, maupun cemaran kimia dan racun/toksin.

"Dugaan penyebab keracunan pangan di Indonesia pada 2019, sebanyak 43,2 persen disebabkan cemaran bakteri patogen, 11,1 persen cemaran kimia/toksin, dan 33,3 persen tidak diketahui," kata Yoga pada seminar daring "Food Safety: Safe Food Now For Better Tomorrow" yang digelar IDAI. 

Secara spesifik, bakteri pemicu penyakit yang bisa mengontaminasi makanan termasuk Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella sp, Vibrio cholerae, Escherichia coli, P aeruginosa, C botulinum, L monocytogenes, dan Shigella sp. Dari kelompok virus, antara lain virus hepatitis A dan E, virus polio, serta virus gastroenteritis.

Parasit seperti cacing hati, cacing pita, trichinella spiralis, protozoa (goardia flagellata, entamoeba toxoplasma, sarcocytus, dan cryptosporidium) juga bisa memicu penyakit akibat pangan. Begitu pula cemaran kimia dan racun/toksin seperti histamin, logam berat, nitrat, residu pestisida, komponen dan bahan pengemas, antibiotika aditif pakan, tanin, mikotoksin, aflatoksin, dan okratoksin.

Yoga juga mengutip data Kementerian Kesehatan RI pada 2018 mengenai kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan berdasarkan tempat pengelolaan makanan. Sebanyak 25 persen kasus tidak diketahui sumbernya, sementara 28 persen ada di jasa boga.

Sumber masakan rumah tangga....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement