Kamis 18 Jan 2024 11:41 WIB

Enggan Jawab Hal Pribadi Saat Ngobrol dengan Orang Asing, Muslim Boleh Mengarang Bebas?

Terkadang, orang asing menanyakan hal pribadi yang terlalu detail saat mengobrol.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Penumpang menunggu kedatangan bus Transjakarta di Halte Transjakarta Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (20/7/2023). Ada saja orang asing yang mengajak berkenalan dan tanya hal pribadsaat di ruang publik.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang menunggu kedatangan bus Transjakarta di Halte Transjakarta Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (20/7/2023). Ada saja orang asing yang mengajak berkenalan dan tanya hal pribadsaat di ruang publik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percakapan basa-basi sering kali tercipta saat bertemu dengan orang asing di ruang publik, seperti saat berada di dalam transportasi umum atau sedang menunggu antrean di Puskesmas. Persoalannya, obrolan ini terkadang berkembang menjadi rentetan pertanyaan yang bersifat terlalu pribadi.

Ada yang kemudian menanyakan umur, pekerjaan, asal daerah, hingga tempat tinggal. Banyak orang yang mungkin tidak nyaman untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini kepada orang yang baru dikenal sekilas.

Baca Juga

Di sisi lain, tak sedikit pula orang yang merasa sungkan untuk mengabaikan pertanyaan tersebut karena khawatir dianggap tidak sopan. Dalam kondisi seperti ini, terkadang orang-orang memilih berbohong dan memberikan jawaban yang tak sesuai fakta.

Sebagai seorang Muslim, bagaimana kita harus bersikap? Apakah boleh menjawab dengan "mengarang bebas" atau terpaksa harus jujur?

Berbohong pada dasarnya merupakan perbuatan yang tercela dalam Islam dan dibenci oleh Allah. Ada cukup banyak ayat Alquran dan hadits yang memuat pesan mengenai larangan berbohong.

Salah satunya adalah hadits riwayat Abu Dawud nomor 4337 dari Kitab Adab. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW meminta orang-orang untuk menjauhi kebohongan. Alasannya, kebohongan dapat menggiring kepada keburukan dan keburukan akan menggiring kepada neraka.

"Rasulullah SAW sangat mengingatkan kepada kita bahwa kita harus hati-hati dari hal-hal yang kecil, karena hal-hal yang kecil ini bisa membawa kepada yang besar. Maksudnya, dosa-dosa kecil bisa membawa dosa-dosa besar," jelas ustadz Erick Yusuf kepada Republika.co.id pada Rabu (17/1/24).

Rasulullah SAW, lanjut ustadz Erick, bahkan melarang Muslim untuk bercanda yang dilandasi oleh kebohongan. Ketika berbohong sudah menjadi kebiasaan, dikhawatirkan hal tersebut akan membawa dampak negatif kepada adab atau akhlak.

Ketika berhadapan dengan orang asing yang suka mengajukan pertanyaan pribadi saat berbasa-basi, ustadz Erick tidak menganjurkan Muslim untuk berbohong. Alih-alih berbohong, ustadz Erick menganjurkan Muslim untuk memberikan isyarat bahwa mereka merasa tidak nyaman kepada orang asing tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement