REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker pankreas merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap kanker pankreas adalah pengaturan pola makan atau diet yang tinggi lemak.
Pasien kanker pankreas pada dasarnya bisa memiliki harapan hidup yang lebih baik bila penyakit tersebut terdeteksi pada stadium awal. Hanya saja, kanker yang diderita ekonom senior alm Rizal Ramli semasa hidupnya ini kerap tak menunjukkan gejala pada tahap awal.
"Di awal tanpa gejala, sampai kondisinya lanjut (baru timbul gejala)," ungkap Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI dan Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD KGEH MMB FINASIM FACP, dalam media briefing yang diselenggarakan PB IDI pada Jumat (5/1/24).
Hal inilah yang membuat kanker pankreas biasanya baru terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut atau bahkan sudah menyebar ke organ lain. Bila kanker pankreas baru terdeteksi setelah kanker bermetastasis atau menyebar, pasien umumnya memiliki harapan hidup kurang dari 10 persen dalam satu tahun pertama setelah terdiagnosis.
Menurut konsultan gastroenterologi dan hepatologi tersebut, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap kanker pankreas. Sebagian di antaranya merupakan faktor risiko yang tak bisa diubah seperti usia di atas 55 tahun, jenis kelamin laki-laki, serta genetik.
Namun, ada lebih banyak faktor risiko kanker pankreas yang bisa diubah atau diperbaiki. Faktor risiko tersebut mencakup obesitas, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.
Selain itu, Prof Ari mengungkapkan bahwa penerapan pola makan atau diet yang tinggi lemak juga dapat meningkatkan risiko kanker pankreas. Contoh dari diet yang tinggi lemak adalah banyak mengonsumsi daging merah.
"Dari riset-riset, ternyata diketahui bahwa pasien-pasien dengan konsumsi lemak itu lebih berisiko daripada yang tidak," jelas Prof Ari.
Menurut Prof Ari, peningkatan risiko ini bisa terjadi karena organ-organ tubuh harus bekerja lebih berat untuk bisa mencerna daging merah. Organ pankreas misalnya, harus bekerja lebih berat untuk menghasilkan enzim demi mencerna daging merah.
"Kita harus berusaha agar beban organ-organ tidak berat dalam mencerna makanan," tambah Prof Ari.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengurangi asupan lemak, termasuk daging merah, dalam keseharian. Prof Ari juga merekomendasikan daging putih, seperti ayam atau ikan, sebagai alternatif pengganti untuk daging merah.
"Kurangi daging merah, terutama di usia 40 tahun ke atas," kata Prof Ari.