REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Setelah sukses menggelar program ‘Perempuan Dalam Film’ di Kota Surabaya, Wahana Edukasi kembali hadir dengan program lanjutannya di Kota Denpasar yang menjadi kota kedua dari rangkaian program Perempuan Dalam Film.
Berlokasi di Prama Sanur Beach Hotel Bali, acara Perempuan Dalam Film menghadirkan para pembuat film dengan latar belakang yang beragam, Dea Panendra (Aktor Perempuan di ‘Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak’, ‘Penyalin Cahaya’, ‘Mohon Doa Restu’), Dita Gambiro (Production Designer ‘Like & Share’, ‘Budi Pekerti’, ‘Jatuh Cinta Seperti di Film-Film’) dan Cassandra Cameron (Penulis Skenario ‘Saiyo Sakato’, ‘Mohon Doa Restu’) untuk berdiskusi bersama mengenai peran, suara, dan dampak kehadiran perempuan dalam film.
“Bali selalu memiliki atraksinya tersendiri bagi sineas lokal maupun mancanegara. Akan sangat besar potensi yang bisa kita gali bersama jika perempuan Bali aktif ikut serta berperan dalam ekosistem perfilman Indonesia.” ujar Orchida Ramadhania selaku Direktur Program dari Perempuan Dalam Film dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Senin (18/12/2023).
Program ini juga didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media; Direktorat Jenderal Kebudayaan; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek), sebagai salah satu bentuk dukungan nyata pemerintah dalam mewujudkan perbaikan ekosistem perfilman di Indonesia.
Turut hadir juga perwakilan dari Pamong Budaya Perfilman di Direktorat Perfilman, Musik dan Media yaitu Marlina Machfud yang membuka ruang diskusi soal perempuan dalam film dan bagaimana upaya pemerintah untuk terus mendukung perempuan berkarya lewat serangkaian program yang disusun.
“Dalam beberapa tahun terakhir, persentase peserta dalam program Indonesiana Film masih didominasi laki-laki, namun mulai tahun 2023 jumlah peserta perempuan naik sampai dengan 49 persen," ujar Marlina dalam paparannya.
"Peran perempuan dalam 3 tahun terakhir juga semakin signifikan dan mereka punya kemauan untuk meningkatkan keahlian mereka di bidangnya masing-masing” katanya lagi.
Bali sebagai salah salah satu daerah dengan potensi perfilman yang tinggi juga menjadi salah satu alasan Perempuan Dalam Film hadir di Denpasar. Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah peserta dari berbagai macam latar belakang, mulai dari komunitas film, mahasiswa/i jurusan film, hingga kelompok perempuan di Bali.
Partisipan yang hadir menyampaikan beberapa situasi yang dihadapi sineas lokal Bali terutama mengenai masih kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap ekosistem film setempat dan juga kurangnya akses pendanaan dan infrastruktur seperti layar sinema yang masih terpusat di Bali Barat.
Dea Panendra selaku salah satu perwakilan narasumber yang mengisi acara Perempuan Dalam Film memberikan pengalamannya sebagai seorang aktor. “Perjalanan saya menjadi aktor penuh dengan tantangan, mulai dari nyanyi, menjadi kru film, sampai akhirnya ikut kelas akting. Selama proses belajar itu, saya sadar menjadi aktor adalah memanusiakan manusia karena kita belajar memahami dan membangun empati terhadap sekitar,” turunya.
Harapannya, program Perempuan Dalam Film di Denpasar dapat membuka wawasan para perempuan di Bali mengenai pentingnya keterlibatan perempuan dalam film dan juga ragam peran yang bisa diambil dalam industri perfilman. Sehingga, ke depannya regenerasi pelaku industri terus berjalan demi menunjang bertumbuhnya industri perfilman Indonesia.