Sabtu 16 Dec 2023 12:28 WIB

Marak Ayah Akhiri Hidup Anggota Keluarga, Ini Lima Motifnya Menurut Psikolog

Ada berbagai alasan berbeda mengapa orang tua membunuh anak-anak mereka.

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Ketua RT 04/03 Kelurahan Jagakarsa, Yakub saat diwawancara di tempat kejadian perkara (TKP) penemuan empat anak yang tewas karena diduga dikuci di dalam kamar oleh ayahnya sendiri di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023).
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Ketua RT 04/03 Kelurahan Jagakarsa, Yakub saat diwawancara di tempat kejadian perkara (TKP) penemuan empat anak yang tewas karena diduga dikuci di dalam kamar oleh ayahnya sendiri di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan kian marak kasus pembunuhan seorang anak oleh orang tuanya atau disebut filisida, hingga bunuh diri. Sebut saja pembunuhan empat anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan oleh ayah kandungnya. Kemudian guru yang bunuh diri bersama anaknya di Malang, hingga ayah membanting anak sampai tewas di Penjaringam Jakarta Utara, viral di media sosial. 

Kasus seperti ini bukanlah sebuah musibah yang jarang terjadi. Sebuah studi yang didukung oleh National Institute of Health menemukan bahwa sekitar 15 persen penangkapan pembunuhan selama periode 32 tahun bersifat filisida.

Baca Juga

“Ada berbagai alasan berbeda mengapa orang tua membunuh anak-anak mereka,” kata Susan Hatters Friedman adalah psikiater reproduksi dan profesor psikiatri forensik Phillip Resnick di Case Western Reserve University di Ohio. 

Kasus-kasus pembunuhan sering kali jauh lebih kompleks daripada yang terlihat pada awalnya. Studi penelitian telah mengidentifikasi motivasi orang dewasa yang membunuh anak-anak. 

Dr Phillip Resnick yang pada tahun 1969 turut bersaksi dalam persidangan Andrea Yates, menjelaskan lima motif pembunuhan anak oleh orang tua, baik ayah maupun ibu. Hal ini setelah dilakukan peninjauan banyak kasus yang dijelaskan dalam literatur dunia, sebagai berikut, dilansir dari laman Yahoo, Sabtu (16/12/2023).

1. Kelompok Penganiayaan Fatal 

Ini termasuk pola yang paling umum karena anak tersebut meninggal sebagai hasil akhir dari penyiksaan atau penelantaran. Motif ini seperti yang ada dalam kasus penganiayaan anak oleh seorang ayah pecandu narkoba di Penjaringan.

Sering kali anak-anak ini telah mengalami pengobatan selama jangka waktu tertentu, dan semakin buruk. Namun kadang-kadang, kematian mereka terjadi setelah satu kali insiden paling parah. Anak bernama Awan (10 tahun) di Penjaringan diketahui meninggal saat hendak dibawa ke rumah sakit. Dia dibanting ayah kandungnya, U (44) setelah sang anak kabarnya tidak sengaja menyerempet anak tetangga saat mengendarai sepeda.

photo
Warga beraktivitas di Kampung Pojok, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (6/10/2023). - (Republika/Thoudy Badai)
 

Dalam kelompok ini, penyakit mental atau penyalahgunaan zat terlarang oleh orang tua mungkin jadi salah satu pengaruh. Begitu pula gangguan kepribadian atau kesulitan dalam mengasuh anak. 

2. Kelompok Anak yang tidak Diinginkan 

Kelompok ini memandang anak mereka sebagai hambatan. Kebutuhan atau keinginan orang tua lebih diutamakan daripada kehidupan anak tersebut. Ini adalah motif yang umum digambarkan dalam kasus pembunuhan bayi baru lahir (neonaticide), yaitu kematian bayi saat lahir, sering kali setelah kehamilan tersembunyi. 

Namun, seorang anak bisa saja....

 

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement