REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trauma masa lalu ternyata bisa berdampak sampai dewasa. Apa saja dampaknya dan bagaimana cara mengatasinya?
Psikolog praktik klinis-forensik, Reni Kusumowardhani mengatakan trauma masa lalu yang belum selesai dalam jiwa seseorang dapat menjadi salah satu faktor yang bisa memperburuk respon perilaku seseorang. Kalau trauma itu merupakan satu pengalaman masa kecil yang merugikan, ini yang disebut adverse childhood experiences (ACE).
"Nah ini memang dapat kemudian seseorang anak yang mengalami trauma kompleks tersebut seringkali kemudian jadi kesulitan untuk mampu mengidentifikasi, mengekspresikan, dan juga mengelola emosinya," ujar Ketua 3 Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (PP HIMPSI) kepada Republika.co.id, Jumat (8/12/2023).
Jadi, lanjut Reni, orang yang memiliki trauma masa kecil, mempunyai cara dan narasi yang terbatas untuk menyatakan perasaan. "Sementara kalau perasaannya tidak nyaman, tidak bisa diatasi, tidak bisa di ekspresikan, hal itu menjadi satu kondisi stress tertentu, apalagi jika dia sedang berkonflik dengan seseorang termasuk dengan pasangannya," ujarnya.
Jadi menurutnya orang-orang seperti ini mudah mengalami stress, mudah mengalami depresi, mudah mengalami cemas, termasuk mudah mengalami kemarahan yang signifikan.
Menurutnya, trauma itu bukan pemicu, tapi sebagai faktor risiko. Trauma itu, respons dari jiwa kita bisa self healing atau mengobati sendiri traumanya. Tapi bagi yang merasa tidak mampu, dan dia tetap stuck didalam dampak traumanya, ini seyogyanya mencari bantuan profesional untuk dibantu melalui psikoterapi.