Kamis 30 Nov 2023 21:29 WIB

Indonesia Dinilai Perlu Agendakan Hari Tes HIV Nasional, Apa Sebab?

PB IDI menganjurkan pemerintah adakan Hari Tes HIV Nasional.

Tes HIV. Hingga kini, hanya 55 persen ibu hamil di Indonesia yang melakukan tes HIV.
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya/wsj.
Tes HIV. Hingga kini, hanya 55 persen ibu hamil di Indonesia yang melakukan tes HIV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menganjurkan pemerintah untuk mengadakan Hari Tes HIV Nasional yang secara resmi diagendakan dalam kalender Tanah Air. Rekomendasi tersebut didasari atas angka kasus HIV/AIDS yang semakin meningkat, dan menurunnya jumlah orang yang melakukan tes penyakit menular seksual tersebut.

"Kendala utama sejak pandemi Covid-19 adalah turunnya jumlah orang yang tes HIV, dan jumlah kasusnya juga terus meningkat. Jadi, PB ID menyarankan agar ada hari Tes HIV Nasional, sehingga ada kemudahan, tidak perlu kesulitan untuk tes," kata anggota Dewan Pertimbangan PB IDI Prof. Dr. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, dalam gelar wicara daring, Kamis (30/11/2023).

Baca Juga

Lebih lanjut, tes HIV pada setiap ibu hamil, menurut Zubairi, penting untuk dilakukan. Hingga kini, hanya 55 persen ibu hamil di Indonesia yang melakukan tes HIV. Dari yang dinyatakan positif, hanya 24 persen yang melakukan pengobatan.

sumber : Antara
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
  • Untuk kasus HIV/AIDS memang selama ini penangan HIV/AIDS, baik di Indonesia maupun secara global masih dengan penyelesaian secara teknis seperti vaksin dll. Padahal hal seperti ini perlu diusut sampai ke akar2 nya. Apalagi virus 'penyakit', ini memang perlh dibasmi dari akar, dicari masalah utama penyebab hiv/aids secara terus menerus menyebar. Bagaimanapun, HIV/AIDS adalah akibat pasti dari perilaku seks bebas, terlebih jika mereka pelaku seks sesama jenis. Maraknya kasus ini menegaskan bahwa infeksi HIV di Indonesia tidak ubahnya fenomena gunung es. Semua ini kembali dari akibat adanya sistem liberal kapitalisme yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Padahal inti ajaran kapitalisme adalah paham kebebasan yang memfasilitasi seks bebas untuk eksis di tengah masyarakat yang jelas- jelas ini menjadi sarana penyebaran bagi kedua penyakit menular tersebut sejak awal ditemukan hingga kini. Apalagi sudah secara nyata HIV/AIDS penyakit yang sangat berbahaya, makin sulitnya diobati dan risiko kematian yang lebih tinggi. Memang sangat disayangkan korban hiv/aids ini kebanyakan ibu rt, sampai ke bayi yang tengah dikandungnya. Sampai kapanpun masalah hiv/aids tak cukup hanya dengan edukasi dan sosialisasi saja, tapi butuh menetapkan strategi penanganan HIV AIDS ini dengan merujuk pada tuntunan Islam, baik kebijakan promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Dalam islam sudah jelas ada aturan untuk menjauhi zina, pacaran, seks bebas, apalagi seks sesama jenis. Karena memang sumber utama nya hadir dari permasalahan ini. Ini boleh dijadikan rujukan sebagai pemberantas masalah hiv/aids agar hal seperti ini tidak terus menerus terjadi
    1 Bulan lalu
  • Program pencegahan dari ibu ke anak sudah berjalan dari beberapa tahun kebelakang, ada yang berhasil. Tetapi sampai saat ini juga angka anak positif HIV juga tetap tinggi. Termasuk usia remaja dan dewasa. Program - program untuk pencegahan dan penanggulangan HIV /AIDS sudah banyak diluncurkan, dan angka kasus positif semakin banyak ditemukan, mungkin karrna dengan adanya program tsb memang gunung es mulai mencair tetapi setelah mencair dan banyak diketemukan mau di tangani bagaimana ODHIV tsb. Apakah sudah siap layanan selanjutnya untuk penanganan yang diketemukan? Jangan sampai angka kasus sudah banyak ditemukan tetapi layanan dan program berikutnya belum siap. Misal Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) DI PUSKESMAS sudah merata. Sehingga mudah di akses oleh seluruh yang kena meskipun dipelosok daerah. Layanan gratis tetapi mahal diongkos karena layanan yang ada misal hanya di pusat kota. Sementara di beberapa kabupaten yang geografisnya luas itu akan jadi permasalahan baru, kesulitan mengakses baik biaya, susah kendaraan dll. Tidak cukup hanya dengan digencarkan tes untuk menyelesaikan/menurunkan angka kasus HIV, tetapi penyelesain di hulu harus selesai. Jika penanganan dihulu seperti misal menangani infeksi hanya ditutup dengan perban tidak diobati sampai tuntas, tidak akan sembuh- aembuh malah mungkin akan menjalar kemana - mana, begitu juga penanganan penyebab tingginya angka kasus HIV jika memang misal penyebarannya saat ini tinggi dari homosex dan heterosex berarti disitu harua dituntaskannya. Bagaimana caranya agar sumber penularannya tidak terus tumbuh dan berkembang. Berantas tuntas..maka tidak akan ada lagi infeksi baru
    1 Bulan lalu
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement