REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data Kemenkes, terjadi peningkatan tren pneumonia secara umum di beberapa provinsi setelah pandemi Covid-19 berlalu. Sejak awal tahun, Jawa Barat memiliki kasus terbanyak, namun berangsur-angsur menurun.
"Oktober-November 2023 ini kasusnya mencapai titik terendah," kata Imran.
Sementara itu, jika dilihat dari insiden per 100 ribu orang, yang paling tinggi insidennya adalah DKI Jakarta, baik infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) maupun pneumonia. Peningkatan ini terjadi saat polusi udara tinggi, yakni sekitar bulan September-Oktober.
Apa yang tubuh perlihatkan ketika menderita pneumonia? Pakar kesehatan dr Miza Afrizal, SpA. BMedSci.MKes menjelaskan pneumonia biasanya hadir dengan gejala-gejala awal seperti demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil, batuk tidak berdahak ataupun batuk berdahak dengan cairan mengandung nanah berwarna kekuningan.
Gejala ini, menurut Miza, bisa sangat berat, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, orang-orang disarankan melindungi dan menyayangi paru-paru anak dengan melakukan vaksinasi PCV13 dosis lengkap.
Merujuk anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dosis pemberian vaksin PCV13 pada anak sebanyak tiga kali, yakni pada usia 2, 4, dan 6 bulan dan vaksin booster pada usia 12–15 bulan. Selain pada anak, vaksin PCV13 juga direkomendasikan dalam imunisasi dewasa oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) guna melindungi masyarakat dari pneumonia, menurut dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD.
"Orang dewasa termasuk lansia, hanya perlu satu kali vaksinasi seumur hidup. Bila sedang sakit, jangan lupa memakai masker, supaya tidak menularkan ke orang lain," kata dia melalui keterangan pers, Selasa (14/11/2023).