REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragamnya ajang lari maraton membuat pemula tertarik ikut dan berhasil merampungkannya. Tidak mudah menyelesaikan lari sejauh kurang lebih 42 kilometer itu sehingga pemulihan tubuh setelahnya tidak boleh diabaikan.
Dikutip dari laman Verywell Health, Jumat (24/11/2023), pemulihan tubuh sebenarnya dimulai sebelum pelari maraton mencapai garis finis. Sepanjang lintasan, pelari maraton dianjurkan menghidrasi tubuh dengan cukup. Rata-rata ajang maraton menyediakan pos dengan air dan minuman olahraga.
Direktur gawat darurat kedokteran olahraga di Sistem Kesehatan Mount Sinai di New York, Amerika Serikat, Melissa Leber, menyarankan hidrasi secukupnya dan tidak berlebihan. Dia menyarankan minum minuman yang mengandung elektrolit, seperti natrium.
"Selama maraton, minum dua hingga tiga minuman yang mengandung garam, dan sisanya air putih. Karena keringat mengandung banyak garam, pastikan meminum minuman pengganti elektrolit yang benar-benar mengandung natrium di dalamnya," kata Leber.
Terlalu banyak minum air putih tanpa mengganti elektrolit dapat menyebabkan hiponatremia, dengan gejala seperti mual, sakit kepala, muntah, atau kejang. Meski jarang terjadi, kondisi itu berisiko dialami perempuan dengan berat badan rendah, terutama yang tidak berpengalaman dalam lomba ketahanan jarak jauh.
Tidak sedikit pelari maraton mengalami mulas, kembung, bersendawa, kram perut, atau diare. Diperkirakan, 30-90 persen atlet ketahanan, termasuk pelari jarak jauh, mengalami gangguan pencernaan selama pertandingan. Cara mengatasinya yakni dengan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Konsumsi cukup karbohidrat juga dapat membantu mengurangi masalah pencernaan selama dan setelah maraton. American College of Sports Medicine merekomendasikan konsumsi camilan karbohidrat 20-30 menit setelah selesai maraton dan makan lengkap sekitar dua jam setelah menyelesaikan ajang lari.
Cara pemulihan lainnya yakni terus bergerak setelah maraton. Jangan langsung duduk atau beristirahat penuh setelah mencapai garis finis, lebih baik terus bergerak dan melangkah perlahan. Jika seseorang langsung berhenti, berpotensi terjadi hal yang tak diinginkan.
"Darah bisa menggenang di kaki dan itu dapat menyebabkan pembuluh darah di kakinya membengkak atau melebar, dan bisa mengarah pada pingsan karena darahnya tidak kembali ke jantung," ujar Leber.
Beberapa hari setelah selesai maraton, Leber menganjurkan mengistirahatkan tubuh namun tetap sesekali melakukan olahraga ringan, tapi bukan berlari. Idealnya, setelah maraton, seseorang dianjurkan tidak berlari sekitar dua pekan. Namun, tetap disarankan menggerakkan tubuh dengan jenis latihan lain.