Sabtu 18 Nov 2023 12:56 WIB

Pentas Seni Kolaborasi Petani Garam Hasilkan Lukisan Raksasa

Pembuatan lukisannya dilakukan dengan cara menaburkan garam di atas lahan tambak.

Petani dan seniman menaburkan garam untuk dibuat lukisan raksasa.
Foto: Antara
Petani dan seniman menaburkan garam untuk dibuat lukisan raksasa.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Warga Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menggelar pertunjukan seni bertajuk "Bancaan Rupa" yang menghasilkan lukisan berukuran raksasa menggunakan garam sebagai bahan lukis di atas tambak. Ini merupakan hasil kolaborasi antara seniman dengan petani garam di lokasi setempat.

"Lukisan berukuran 21x33 meter tersebut tentunya akan menjadi lukisan garam di atas tambak yang pertama dan terbesar di dunia," kata Kepala Desa Dasun Sujarwo melalui rilis di Rembang, Sabtu (18/11/2023).

Baca Juga

Ia mengakui sangat antusias sejak awal mendengar rencana Eggy Yunaedi seorang perupa asli Rembang yang ingin membuat sebuah lukisan garam raksasa di tambak gede Desa Dasun yang kebetulan juga bengkok kepala desa. Terlebih, kata dia, seniman tersebut memberikan gagasan bahwa karya tersebut nantinya merupakan karya bersama, sebuah kolaborasi antara perupa dan pemulia garam Desa Dasun dengan semangat relawan.

"Kami masyarakat Desa Dasun selama hidup tidak pernah lepas dengan tambak maupun garam. Tiga perempat wilayah Desa Dasun adalah tambak sehingga menjadi urat nadi kehidupan masyarakat. Sekarang ini pada musim kemarau Tambak Dasun digunakan untuk membuat garam, sedangkan musim hujan digunakan untuk budidaya ikan bandeng," ujarnya.

Menurut dia, tradisi "bancaan dan ambengan" sudah menjadi ritus yang mendarah daging bagi masyarakat pesisir Desa Dasun dalam melalui segala macam siklus kehidupan. Sehingga, kegiatan seni "Bancaan Rupa" yang berlangsung mulai 16-18 November 2023 di Tambak Gede, Desa Dasun, merupakan pilihan yang tepat tidak mengada-ada.

"Besar harapan, kami mampu mencerna makna dan maksud yang tergambar dalam lukisan garam raksasa karya bersama Mas Eggy Yunaedi dengan pemulia garam ini. Setiap hari di kehidupan kita secara tak sadar selalu berinteraksi dengan garam," ujarnya.

Ia berharap momen bisa memberi makna lebih atas keberadaan garam dan tambak. Tidak hanya sekedar menarasikan dalam sebuah buku, tetapi juga menjiwai di setiap proses pembuatan sampai bisa menjadi laku kebajikan dan kebijakan.

"Garam butuh tambak, garam butuh sinar matahari, garam butuh angin, tambak butuh air, air butuh sungai, dan sungai butuh bersih. Maka dari sebutir garam yang berkualitas, dibutuhkan bumi yang lestari," ujarnya.

Sementara itu, Eggy Yunaedi, seniman dan pegiat kebudayaan mengungkapkan pembuatan lukisan garam berukuran raksasa tersebut memakan waktu tiga hari. Lukisan tersebut dikerjakan oleh sepuluh orang petani garam Desa Dasun bersama dirinya dibantu oleh dua orang asisten, yakni Sofyan Kancil dan Imam Bocah.

Pembuatan lukisan dilakukan dengan cara....

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement