Sabtu 21 Oct 2023 05:47 WIB

Indikator Awal Demensia, Ini Perubahan yang Harus Diperhatikan Setelah Usia 50 Tahun 

Orang dengan gejala demensia akan mengalami penurunan motivasi dan rasa ingin tahu.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Friska Yolandha
Demensia (ilustrasi). Kenali sejumlah perubahan yang menjadi gejala awal demensia.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demensia sering kali dianggap sebagai masalah ingatan, seperti ketika orang lanjut usia menanyakan pertanyaan yang sama atau salah meletakkan sesuatu. Pada kenyataannya, individu dengan demensia tidak hanya mengalami masalah di bidang kognisi lain seperti pembelajaran, pemikiran, pemahaman dan penilaian, namun mereka juga mungkin mengalami perubahan perilaku. 

Dilansir The Conversation, Jumat (20/10/2023), ketika perubahan kognitif dan perilaku mengganggu kemandirian fungsional seseorang, orang tersebut dianggap menderita demensia. Namun, ketika perubahan kognitif dan perilaku tidak mengganggu kemandirian individu, tetapi masih berdampak negatif terhadap hubungan dan kinerja di tempat kerja, maka perubahan tersebut masing-masing disebut sebagai gangguan kognitif ringan (MCI) dan gangguan perilaku ringan (MBI). 

Baca Juga

MCI dan MBI dapat terjadi bersamaan, namun pada sepertiga orang yang mengidap demensia Alzheimer, gejala perilaku muncul sebelum penurunan kognitif. Melihat perubahan perilaku ini, yang muncul di kemudian hari (usia 50 tahun ke atas) dan menunjukkan perubahan terus-menerus dari pola yang sudah berlangsung lama, dapat membantu dalam menerapkan pengobatan pencegahan sebelum gejala yang lebih parah muncul. 

Ada lima tanda perilaku yang harus diperhatikan pada teman dan keluarga yang berusia di atas 50 tahun yang mungkin memerlukan perhatian lebih lanjut. 

Pertama, apatis. Apatis adalah penurunan minat, motivasi, dan dorongan. Orang yang apatis mungkin kehilangan minat pada teman, keluarga, atau aktivitas. 

Mereka mungkin kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap topik yang biasanya mereka minati, kehilangan motivasi untuk melaksanakan kewajibannya, atau menjadi kurang spontan dan aktif. Mereka mungkin juga tampak kurang emosi dibandingkan biasanya dan Tampak seperti tidak lagi peduli pada apa pun.

Kedua, disregulasi afektif. Disregulasi afektif mencakup gejala suasana hati atau kecemasan. 

Seseorang yang menunjukkan disregulasi afektif mungkin mengalami kesedihan atau ketidakstabilan suasana hati atau menjadi lebih cemas atau khawatir terhadap hal-hal rutin seperti acara atau kunjungan. 

Kemudian, kurangnya kendali....

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement