Selasa 17 Oct 2023 16:02 WIB

Tinggal di Belanda, Detty Janssen Sukses Bisnis Makanan Indonesia Autentik

Warga lokal negeri kincir angin pun akrab dengan berbagai makanan Indonesia. 

Detty Janssen, berbisnis ketering makanan Indonesia di Belanda sekaligus menjadi wadah ekspresi dirinya untuk membantunya menghadapi masalah mental illness, bipolar disorder dan anxiety yang dialaminya.
Foto: dok. Republika
Detty Janssen, berbisnis ketering makanan Indonesia di Belanda sekaligus menjadi wadah ekspresi dirinya untuk membantunya menghadapi masalah mental illness, bipolar disorder dan anxiety yang dialaminya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Belanda, ternyata bukan cuma orang Indonesia yang doyan makanan Tanah Air. Tapi, warga lokal Negeri Kincir Angin itu pun, sudah akrab dengan berbagai makanan Indonesia. 

Hal itu terlihat, di beberapa restoran atau gerai makanan cepat saji sampai fritur (gerai penjual kentang goreng) bahkan menambahkan saus kacang atau bumbu sate sebagai saus cocolan kentangnya. Makanan ini disebut Frietje sate. 

Namun, jangan salah, boleh saja mereka menyebut masakan mereka sebagai makanan Indonesia, tapi mana yang benar-benar autentik? Pastinya yang dibuat dari resep asli Indonesia, bahan asli Indonesia, dan dimasak orang Indonesia. 

Detty Janssen, salah satu diaspora Indonesia di Belanda adalah salah satu orang yang menuntaskan kerinduan akan makanan Indonesia autentik.  Melalui JualanKu katering masakan Indonesia populer di Belanda, Detty memperkenalkan masakan Indonesia asli sejak 25 Juni 2018 lalu.

“Awalnya tidak pernah terpikir untuk buka usaha di Belanda. Tapi, karena kangen dengan makanan Indonesia dan susah sekali dapat yang sesuai rasa yang saya mau, akhirnya coba bikin sendiri di rumah dan banyak yang suka, Indonesia banget katanya,” ujar Detty Janssen, owner JualanKu.

JualanKu sendiri punya berbagai hidangan favorit yang banyak disukai pelanggannya. Sebut saja Nasi Padang lengkap dengan sambal ijo, gulai nangka, daun singkong, rendang yang bumbunya meresap sempurna yang dipadu dengan perkedel dan telor balado. 

Tidak hanya nasi padang, menu-menu lain juga selalu jadi favorit karena banyak menawarkan variasi yang beragam. Seperti, nasi campur Bali, bubur ayam, sate ayam, sampai aneka jajan pasar. 

Demi mendapatkan citarasa autentik, Detty sampai berguru langsung pada UMKM sampai tukang makanan keliling di Indonesia. Namun, dalam kamusnya, quality over quantity, Detty memiliki sistem usaha yang berbeda dari kebanyakan usaha kuliner rumahan lain, baik di Belanda maupun di Indonesia. Dia menerapkan system ‘food war limited edition,’ dan wajib diambil langsung ke rumahnya.

“Karena semua masakan selalu dijaga kualitasnya, porsi yang ditawarkan sehari sangat terbatas, sesuai kemampuan kami saja. Misalnya, nasi padang, dalam sehari kami mampu bisa menjual 150-200 bungkus nasi padang," kata Detty.

Awalnya, kata dia, dirinya suka menawarkan makanan lebih yang dimasak lewat media sosial. Ternyata orang pada suka dan berebut pesan. 

"Persis seperti food war, karena kan porsinya limited banget. Buat kami, ini sangat luar biasa. Mau jam berapa pun kami posting, walaupun tengah malam pun selalu ludes dalam 1 jam saja," katanya. Untuk menjalankan usahanya ini, Detty sehari-hari hanya dibantu oleh enam orang timnya yang solid. 

“Berbeda dari warung lainnya, JualanKu ini punya sistem pemesanan yang berbeda. Konsepnya seperti catering makanan Indonesia. Calon pembeli harus siap-siap war dan rajin-rajin lihat media sosial kami. Menunya apa dan berapa porsi, harus cepet-cepetan," ujarrnya.

Dirinya ingin semua makanan fresh. Jadi, makanan yang dibuat pada hari itu dan diambil di hari yang sama. 

"Hanya diambil, kami tidak menerima layanan pengiriman makanan. Kalau pakai jasa pengiriman, tidak terjamin kesegarannya. Itu yang kami jaga betul di sini," katanya.

Detty mengaku, JualanKu menjadi wadah ekspresi dirinya untuk membantunya menghadapi masalah mental illness, bipolar disorder dan anxiety yang dialaminya. 

“Memasak membantu saya untuk bisa terus fokus, terutama dalam menjaga agar mood bisa terus stabil. Begitu juga dengan waktunya, saya bisa bekerja dari rumah dan bisa melakukan semua yang dinginkan (full of control)," katanya.

Menurutnya, kalau sedang kecapekan biasanya ia libur. "Kalau depresi saya datang, saya harus libur dulu. Kalau lagi masa manic, saya masak lagi dan akan sangat giat. Jadi konsep usaha seperti ini sangat membantu saya menjalani hidup sebagai seorang penderita bipolar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement