Rabu 04 Oct 2023 17:31 WIB

Karhutla Merajalela, Ini Dampaknya pada Kesehatan

Asap yang masuk ke paru-paru menyebabkan sensasi terbakar.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah pengendara melintas di atas jembatan Siak I dan III ketika kabut asap tipis kembali menyelimuti Pekanbaru, Riau, Rabu (16/10/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sejumlah pengendara melintas di atas jembatan Siak I dan III ketika kabut asap tipis kembali menyelimuti Pekanbaru, Riau, Rabu (16/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabut asap kembali melanda Riau, khususnya Kota Pekanbaru sejak beberapa hari belakangan. Hal itu disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di beberapa titik seperti Pelalawan dan Indragiri Hilir, termasuk dari provinsi tetangga. 

Dokter Spesialis Anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat, Dr Nastiti Kaswandani  mengatakan asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memiliki banyak partikel, terutama partikel organik dan gas berbahaya. Ketika gas berbahaya seperti karbon monoksida, karbon dioksida, serta bahan organik yang mudah terbakar seperti formaldehida dan acrolein itu dihirup dalam jumlah banyak, maka bisa berbahaya untuk saluran pernapasan. 

Baca Juga

Dia menjelaskan dampak yang terjadi pada anak yang menghirup asap karhutla.  “Dampak yang bisa kita amati ketika anak terpajan dari asap karhutla itu bisa mengenai beberapa jenis organ,” ujar dr Nastiti saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (3/10/2023). 

Pertama, ketika asap karhutla mengenai mata, maka akan terjadi iritasi mata. Mata anak menjadi merah, pedih, dan berair. 

Kedua, ketika asap karhutla terhirup oleh anak, maka akan menyebabkan dampak pada saluran pernapasan, yaitu iritasi saluran pernapasan. Selain itu, asap karhutla yang berbahaya tadi masuk ke dalam saluran pernapasan sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi pernapasan. 

Nastiti kemudian menjelaskan adanya asap yang terhirup ke paru-paru itu bisa menyebabkan sesak napas, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran napas, nyeri dada. Dampaknya juga berbahaya pada orang yang memiliki penyakit sebelumnya, terutama penyakit paru-paru dan jantung. 

Demikian juga penyakit-penyakit yang memiliki kerentanan terhadap saluran napas, misalnya asma.  Dia mengungkapkan ketika terpapar oleh asap yang berlebih dari karhutla, maka anak yang mempunyai asma atau bahkan orang dewasa sebelumnya yang mempunyai asma bisa tercetus serangan asma sampai timbul sesak napas dan bahkan bisa mengancam jiwa. 

“Lalu kaitannya dengan infeksi, bagaimana karhutla ini bisa menyebabkan penyakit-penyakit infeksi yang mungkin kalau kita baca banyak dikaitkan dengan penyakit infeksi, seperti influenza atau bahkan pada jangka panjang bisa menimbulkan penyakit tuberkulosis,” kata dr. Nastiti. 

Saluran napas manusia, Nastiti menuturkan, memiliki suatu sistem yang disebut dengan pertahanan saluran napas. Menurut dia, kalau dilihat di mikroskop, maka ada semacam pasukan-pasukan di dalam epitel saluran napas yang berfungsi untuk menghalau atau mencegah masuknya partikel-partikel yang tidak diinginkan. Fungsi lainnya juga supaya partikel-partikel tersebut jika ke saluran napas, ia tidak sampai ke paru-paru karena bisa membahayakan. 

Namun, ketika terjadi karhutla yang menyebabkan asap berbahaya ini terhirup, maka asap-asap itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pertahanan mukosa di saluran napas. 

“Dengan rusaknya sistem pertahanan mukosa di saluran napas yang tadinya fungsinya untuk menghalau kuman, virus, bakteri, maka itu menjadi hilang fungsinya atau menurun fungsinya sehingga mereka yang terpapar asap dalam waktu yang lama bisa meningkatkan kerentanan terhadap infeksi sehingga dia mudah terkena infeksi, terutama infeksi yang masuk atau menular melalui saluran napas,” jelas Nastiti. 

Secara teoritis, ada efek jangka panjang kalau kebakaran hutan ini terjadi cukup lama dan paparannya cukup tinggi. Misalkan, mungkin nanti menghirup asap karhutla jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker. 

“Memang itu tidak akan terjadi dalam jangka pendek tapi kalau itu terus berlangsung dalam waktu yang lama atau menahun, maka bisa meningkatkan risiko kanker apabila terpapar asap dalam jumlah besar dan berlangsung lama,” katanya. 

Lebih lanjut Nastiti menjelaskan perkembangan anak tidak sama dengan orang dewasa yang sudah selesai pertumbuhan dan perkembangannya. Anak masih dalam tumbuh kembang sehingga diameter atau ukuran kaliber saluran napas anak masih kecil. Menghirup udara yang kotor atau tidak bersih sedikit saja bisa menimbulkan masalah yang cukup berat bagi mereka, seperti pneumonia, kambuhnya asma, atau penyakit jantung paru lainnya sehingga bisa juga menimbulkan bahaya atau mengancam jiwa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement