Kamis 28 Sep 2023 02:15 WIB

Lentera Luncurkan Lentera App untuk Membangun Ekosistem Literasi Modern

Lentera App ialah aplikasi perpustakaan digital yang juga menjadi pasar buku.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Di tengah berkembangnya teknologi digital, perdebatan seputar peran buku digital dalam literasi semakin hangat.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Di tengah berkembangnya teknologi digital, perdebatan seputar peran buku digital dalam literasi semakin hangat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah berkembangnya teknologi digital, perdebatan seputar peran buku digital dalam literasi semakin hangat. Ada yang khawatir bahwa kehadiran buku digital akan menggantikan buku cetak, mengancam industri penerbitan karena penulis dapat memasarkan karyanya sendiri, dan berpotensi merugikan penulis dan penerbit karena risiko penyebaran ilegal buku digital.

Namun, apakah hal tersebut benar? Sementara industri kreatif lain seperti film dan musik telah berhasil berkolaborasi dengan platform digital, kenapa tidak demikian dalam dunia literasi? Lentera App menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengadakan diskusi bertajuk "Buku Cetak vs Buku Digital: Membangun Ekosistem Literasi yang Kolaboratif dan Multifaset" saat peluncuran aplikasinya di Indonesia International Book Fair (IIBf) 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD Tangerang.

Baca Juga

Founder dan CEO Lentera, Annastasia Puspaningtyas menjelaskan bahwa Lentera memperkenalkan Lentera App, yaitu sebuah aplikasi perpustakaan digital yang juga berfungsi sebagai pasar buku digital bagi pelaku industri literasi, khususnya di Indonesia. Annastasia berharap Lentera App dapat menjadi wadah untuk memasarkan karya literasi ke seluruh Indonesia dan dunia, sambil menghadirkan solusi modern untuk dunia literasi, bukan sebagai ancaman bagi industri penerbitan cetak.

“Kami juga berkolaborasi dengan beberapa penerbit cetak untuk merangkul kedua format ini. Diskusi ini menjadi jembatan antara pelaku industri buku cetak dan buku digital," kata Annastasia dalam talkshow// "Buku Cetak vs Buku Digital: Membangun Ekosistem Literasi yang Kolaboratif dan Multifaset" di IIBF 2023, ICE BSD City, Tangerang, Rabu (27/9/2023).

Ketua Yayasan Lontar, yang juga mengelola tiga penerbitan cetak, John H. McGlynn mengatakan bahwa buku cetak adalah warisan berharga yang telah memberikan manfaat besar bagi banyak generasi pembaca dan penikmat sastra di Indonesia. Namun, masyarakat juga tidak boleh mengabaikan perkembangan zaman.

“Kehadiran buku digital adalah langkah maju menuju inklusi literasi yang lebih luas dalam dunia modern. Dengan kolaborasi yang tepat, saya yakin seluruh ekosistem penerbitan, terutama penerbit cetak, dapat tetap eksis," ujar McGlynn.

Duta Baca Indonesia periode masa bakti 2021-2025, yang telah melakukan safari literasi di berbagai wilayah Indonesia, Gol A Gong menyatakan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih bervariasi, terutama karena akses terbatas untuk mendapatkan buku berkualitas. Dia berharap Lentera App dapat membantu meningkatkan akses ke buku berkualitas, sehingga tingkat literasi masyarakat Indonesia dapat meningkat secara merata.

Inisiator Komunitas Book Clan, yang mayoritas anggotanya adalah generasi Z, Reynald mengatakan bahwa buku digital lebih mudah diterima oleh generasi muda karena kemudahan akses yang ditawarkan. Dia meyakini bahwa kehadiran buku digital sangat diminati oleh generasi muda karena akses yang lebih sederhana dan ramah lingkungan.

“Namun, beberapa di antara kami juga membeli versi cetak untuk koleksi. Dua format ini memberikan warna yang berbeda bagi pecinta literasi generasi muda, dan masing-masing memiliki keunikannya sendiri," kata Reynald.

Lentera, selain menjadi platform buku digital, juga berperan sebagai Literary Agent yang membantu penulis dan penerbit memasarkan hak ekonomi kekayaan intelektual mereka ke bentuk lain, seperti film, lagu, audio book, atau penerbitan dalam bahasa asing, baik dalam bentuk cetak maupun digital. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement