REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan pentingnya Program Keluarga Berencana atau KB dalam upaya untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Pada acara bertajuk "Gotong Royong Penanganan Stunting" di Puskesmas Jepon I, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, pelaksanaan kontrasepsi dalam Program KB membantu menurunkan risiko kematian ibu dan bayi hingga mencegah stunting. "Dengan ber-KB maka ada jeda bagi ibu untuk melakukan pemulihan pada tubuhnya dan kembali siap untuk hamil dan melahirkan," kata Hasto.
Penggunaan alat kontrasepsi memungkinkan pasangan suami istri mengontrol kelahiran anak sesuai dengan keinginan dan kemampuan, dan membantu mencegah kehamilan yang tidak diharapkan. KB juga memberi pasangan cukup waktu untuk mempersiapkan diri secara fisik, emosional, dan finansial untuk memiliki anak lagi.
Selain itu, penggunaan alat kontrasepsi dapat mengurangi risiko komplikasi kesehatan pada ibu dan anak. Juga memungkinkan ibu untuk memulihkan diri dengan baik setelah kelahiran anak pertama dan mencapai kesehatan yang optimal sebelum hamil lagi.
Program KB yang tepat juga dapat membantu mengurangi risiko kehamilan berisiko tinggi, seperti kehamilan pada usia terlalu muda atau terlalu tua, serta risiko kelahiran prematur.
"Usia maksimal kehamilan itu di 35 tahun. Kalau sudah di atas usia 35 tahun jadinya berisiko tinggi, bisa terjadi kematian pada ibu, bayi, atau munculnya stunting," kata Hasto.
Hasto juga berdialog dengan para akseptor Program KB dan mengampanyekan konsep "Dua Anak Lebih Sehat". Kata dia, konsep 'Dua Anak Lebih Sehat' ini berdasarkan bukti dan analisis ilmiah. Angka kematian bayi dari ibu yang memiliki satu sampai dua anak dibandingkan kehamilan tiga anak atau yang melahirkan lebih dari lima anak menunjukkan perbedaan signifikan.