Senin 11 Sep 2023 19:41 WIB

Tanda Masalah Kesehatan Mental pada Remaja yang Perlu Diwaspadai

Penting bagi orang tua untuk bisa membangun komunikasi terbuka dengan anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ani Nursalikah
Menjaga Kesehatan Mental Anak
Foto: republika.co.id
Menjaga Kesehatan Mental Anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari tujuh anak berusia 10-19 tahun di dunia mengalami masalah kesehatan mental. Ironisnya, sebagian besar kasus gangguan kesehatan mental pada remaja tidak terdeteksi.

"Banyak dari masalah-masalah kesehatan mental (pada remaja) ini yang masih belum dideteksi dan diobati," kata WHO melalui laman resminya, seperti dikutip Republika pada Senin (11/9/2023).

Baca Juga

Ali Curtis dari Cygnet Health Care mengungkapkan ada sejumlah masalah kesehatan mental yang kerap dihadapi oleh remaja. Sebagian di antaranya adalah suasana hati yang muram, keemasan, gangguan atau kesulitan makan, masalah body image, dan perundungan.

Menurut Curtis, remaja yang mengalami beragam masalah kesehatan mental ini biasanya menunjukkan sejumlah perubahan perilaku. Perubahan-perubahan perilaku inilah yang patut diwaspadai oleh orang tua.

Sebagian dari perubahan perilaku pada remaja yang mungkin berkaitan dengan masalah kesehatan mental adalah menarik diri dari kehidupan sosial dan menunjukkan perubahan sikap yang tiba-tiba. Selain itu, remaja dengan masalah kesehatan mental juga kerap kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya mereka sukai.

Para remaja ini juga bisa terlihat mengabaikan kebersihan dirinya. Sebagai contoh, mereka menjadi terlihat malas atau enggan untuk mandi dan sikat gigi.

"Ini adalah tanda-tanda bahwa anak Anda mungkin sedang bergelut dengan masalah kesehatan mental," tambah Curtis.

Membangun Komunikasi

Selain mewaspadai tanda-tanda masalah kesehatan mental, penting bagi orang tua untuk bisa membangun komunikasi yang terbuka mengenai masalah ini dengan anak mereka. Upaya membangun komunikasi ini bisa dimulai dengan menunjukkan perhatian yang tulus. Sebagai contoh, bertanya mengenai hari-hari anak saat di sekolah. Orang tua sebaiknya mendengarkan dengan baik dan tidak berprasangka saat anak menceritakan kisah atau keluh kesahnya.

"Anak muda membutuhkan ruang yang nyaman untuk berbagi kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan tanpa khawatir akan dihakimi atau mendapatkan masalah," timpal Curtis.

Di sisi lain, orang tua juga harus berkata jujur dan mendiskusikan kekhawatiran yang mereka miliki secara terbuka. Setelah itu, anak perlu dilibatkan dalam penyusunan rencana untuk mengatasi masalah yang mereka alami.

Menurut Curtis, orang tua tidak perlu ragu untuk melibatkan tenaga kesehatan mental profesional bila menemukan tanda-tanda masalah kesehatan mental pada anak mereka. Terlebih saat ini ada banyak layanan kesehatan mental yang bisa diakses secara daring untuk memudahkan komunikasi dengan remaja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement