REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Remaja laki-laki yang merokok dapat membuat anak-anak mereka pada masa depan berisiko mengalami obesitas, asma, dan fungsi paru-paru yang buruk. Hal ini berdasar pada studi baru dari University of Southampton, Inggris.
Studi tersebut menemukan bahwa pria yang merokok sebelum usia 15 tahun dapat menyebabkan perubahan hingga 14 gen yang dapat mereka bagikan kepada anak-anak mereka, dan kemudian bisa memengaruhi asma, obesitas, dan fungsi paru-paru. Para peneliti menduga bahwa nikotin bertanggung jawab atas perubahan ini, membuat vaping sama berbahayanya dengan rokok bagi generasi mendatang.
"Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa nikotin mungkin merupakan zat dalam asap rokok yang mendorong perubahan epigenetik pada keturunannya," kata salah satu penulis studi dari University of Southampton dan Pusat Penelitian Biomedis NIHR Southampton, Profesor John Holloway.
Ia juga menyerukan peraturan yang lebih ketat tentang vaping, dengan alasan risiko mewariskan sifat epigenetic yang berbahaya kepada keturunannya. "Kami tidak dapat memastikan vaping akan memiliki efek yang sama di seluruh generasi, tetapi kami tidak harus menunggu beberapa generasi untuk membuktikan apa dampak vaping pada remaja. Kita harus bertindak sekarang,” kata Holloway seperti dilansir Study Finds, Kamis (31/8/2023).
Penelitian ini adalah yang pertama mengidentifikasi mekanisme biologis yang menjelaskan dampak dari kebiasaan merokok dini para ayah terhadap anak-anak mereka. Bersama dengan rekan-rekannya dari University of Bergen di Norwegia, para peneliti mempelajari 875 orang, berusia tujuh hingga 50 tahun, dan perilaku merokok ayah mereka.
Mereka menemukan perubahan epigenetik penting yang terkait dengan 14 gen pada anak-anak yang ayahnya merokok sebelum usia 15 tahun. Perbandingan juga dibuat antara profil merokok para ayah dan mereka yang merokok sendiri, atau yang ibunya merokok sebelum pembuahan.
"Perubahan penanda epigenetik jauh lebih jelas terlihat pada anak-anak yang ayahnya mulai merokok selama masa pubertas dibandingkan dengan anak-anak yang ayahnya mulai merokok sebelum pembuahan. Masa pubertas awal mungkin mewakili jendela kritis perubahan fisiologis pada anak laki-laki," kata Dr Negusse Kitaba, seorang Peneliti di University of Southampton.
Sebagai upaya sosialisasi, University of Southampton juga menggelar program LifeLab dengan melibatkan generasi muda. Program ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana pilihan gaya hidup dapat memengaruhi kesehatan diri dan kesehatan anak-anak mereka di masa depan.
"Orang tua, guru, dan anak muda sendiri prihatin dengan dampak vaping. Kami bekerja sama dengan Youth Panel untuk memahami peran vaping dalam kehidupan mereka dan bersama-sama menciptakan sumber daya yang akan membantu menginformasikan kepada kaum muda tentang risikonya," kata Dr Kath Woods-Townsend, Manajer Program LifeLab.