Kamis 31 Aug 2023 10:59 WIB

Ngomong Anjay Meski tak Bermaksud Kasar, Ustadz Ungkap Kemiripannya dengan Kaum Yahudi

Kata-kata kasar kerap diucapkan di tengah pergaulan anak-anak muda.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Pergaulan anak muda (ilustrasi). Anak-anak muda kerap mengucapkan kata-kata kasar seperti anjay dan anjir sebagai bagian percakapan mereka.
Foto: www.freepik.com
Pergaulan anak muda (ilustrasi). Anak-anak muda kerap mengucapkan kata-kata kasar seperti anjay dan anjir sebagai bagian percakapan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pergaulan anak muda saat ini, sering kali kita mendengar kata-kata kasar dan kotor diucapkan. Kata-kata tersebut tidak melulu diucapkan untuk mengumpat atau menghina. Namun tetap saja, tidak nyaman didengar.

Kata "anjing" diplesetkan menjadi anjay, anjir, anying, dan sebagainya. Sebenarnya, bagaimana hukum berkata kotor dan kasar dalam Islam?

Baca Juga

Ustadz Ahmad Anshori, Lc, dalam akun Youtube Haqu TV, menjelaskan hukum umpatan anjay. Budaya menerangkan, kata anjay ini pelesetan dari kata anjing yang digunakan untuk mencela atau digunakan ketika melihat sesuatu mengagumkan. 

Jika diperhatikan, ada satu sisi kesamaan antara sikap ini dengan sikap kaum Yahudi yang diceritakan dalam Alquran. Dahulu kaum Yahudi diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengucapkan kalimat khittah yang artinya Ya Allah ampunilah aku. Namun, mereka memelesetkan perintah ini mengganti kata khittah dengan ungkapkan hinthah yang artinya gandum. Kisah ini terekam dalam Alquran Surat al-Baqarah. 

"Titik kesamaannya adalah sama-sama memelesetkan kata dengan tujuan umpatan, dan mencari pemakluman. Karena kalau mencela atau mengumpat dengan kata-kata anjing terkesan terlalu kasar sehingga kemudian diplesetkan dengan kata yang hampir mirip dengan kata yaitu anjay atau anjir," ujarnya.

Sedangkan orang Yahudi mempelesetkan khittah menjadi hinthah. Tujuannya sama untuk umpatan, perendahan terhadap perintah Allah dan mencari pemakluman. "Maka sikap seperti ini ada kesamaan dengan kaum Yahudi. Nabi Muhammad SAW telah melarang kita untuk menyamai sikap orang Yahudi, perilaku orang Yahudi," ujarnya.

Nabi Muhammad SAW mengatakan siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia akan termasuk bagian dari kamu tersebut. "Jadi kita dilarang menyerupai perilaku orang Yahudi atau Nasrani, baik ucapan ataupun pakaian dan lain sebagainya. Kita bisa mengambil pelajaran bahwa sikap orang Yahudi gemar berkata umpatan, gemar berkata kotor," ujarnya.

Menurut Nabi Muhammad SAW, seorang Mukmin bukan orang yang gemar mengucapkan cela, tidak gemar mencela, tidak gemar melaknat, serta bukan orang yang buruk perilakunya dan kotor ucapannya. "Tidak mungkin berkumpul dalam diri seseorang Muslim yang bersih dan kuat imannya, dengan sifat gemar mengucapkan kata-kata yang jorok dan kotor," ujar Ustadz Ahmad.

Ia mengatakan semakin sehat dan baik kualitas iman seseorang, maka dia akan semakin jauh dari sifat dan perilaku tersebut. "Dia akan merasa berat, akan merasa malu di hadapan Allah, karena dia membawa imannya di depan kaum Mukminin untuk berperilaku kotor atau berkata kotor," ujarnya.

Terkadang, ada ustadz yang berkata kotor dan kasar saat memberi ceramah. Bagaimana hukumnya? Ustadz Buya Yahya mengatakan, berkata kasar dan kotor seharusnya tidak dilakukan oleh seorang ustadz. Saat berbicara sebaiknya menggunakan kata yang baik dan sopan. Apalagi seorang ustadz yang menjadi panutan jamaah, di mana perilaku dan perkataannya bisa ditiru jamaah.

Buya mengatakan sebaiknya jamaah mengingatkan saat ada seorang ustadz yang berkata kasar dan kotor. "Jaga lisan, jaga perilaku kita," ujar Buya Yahya seperti dikutip dari laman Al-Bahjah TV, Selasa (29/8/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement