Senin 28 Aug 2023 18:32 WIB

5,2 Persen Remaja Usia 13-17 Pernah Berhubungan Seks, IDAI: Ini Menyedihkan

Banyak remaja menghadapi masalah kompleks, dari kekerasan hingga LGBT.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Hubungan seksual remaja (ilustrasi). Data Kementerian Kesehatan juga mengungkap 5,2 persen remaja usia 13-17 tahun sudah pernah berhubungan seksual.
Foto: www.freepik.com
Hubungan seksual remaja (ilustrasi). Data Kementerian Kesehatan juga mengungkap 5,2 persen remaja usia 13-17 tahun sudah pernah berhubungan seksual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini semakin banyak remaja yang menghadapi masalah kesehatan mental. Para remaja juga dihadapkan pada masalah kompleks, mulai dari kekerasan, pelecehan, perundungan, ingin bunuh diri hingga kecanduan gawai dan napza.

“Data Kementerian Kesehatan juga mengungkap 5,2 persen remaja usia 13-17 tahun sudah pernah berhubungan seksual. Ini data menyedihkan untuk kita semua. Ada remaja hamil pertama di usia 16 tahun,” kata Ketua Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Rodman Tarigan SpA(K) MKes dalam pertemuan Zoom, Senin (28/8/2023).

Baca Juga

Sebanyak 32,5 persen remaja yang telah melakukan hubungan seksual menggunakan kondom. Berikutnya, satu dari 11 anak perempuan dan satu dari 17 anak laki-laki pernah mengalami kekerasan seksual.

“Jadi masalah remaja itu meliputi kekerasan, seksual, napza, merokok, bunuh diri, perundungan. Ada lagi LGBT. Kalau anak menikah di bawah 16 tahun secara mental belum tentu siap,” kata dr Rodman.

Menurut WHO, remaja bisa menghadapi kehidupan yang banyak tekanan, menyadari kemampuan mereka, depat belajar dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi di masyarakat. Secara sosial, remaja mampu berinteraksi sosial tanpa memandang ras, suku maupun agama. 

Ketika remaja sehat secara mental, mereka akan mampu menghadapi tekanan dan berinteraksi sosial. Artinya, mereka sehat secara fisik, mental dan sosial

Ciri remaja sehat mental, antara lain merasa bahagia, punya hubungan sehat, baik dengan keluarga dan teman. Mereka mampu bangkit dari kekecewaan, melakukan aktivitas dan mengonsumsi makanan yang sehat, terlibat dalam kegiatan sosial, merasa nyaman di komunitasnya.

Remaja perlu sehat fisik maupun mental agar mereka bisa produktif, hidup berkualitas, bahagia dan sejahtera. Diharapkan remaja mampu mengutarakan masalah mereka kepada orang tua, dalam hal ini pihak terdekat di keluarga.

Keluarga perlu menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk anak bercerita. Dalam fase pertumbuhan remaja, ada faktor genetik dan lingkungan.

“Pelayanan kesehatan anak bisa ke puskesmas bahkan di lembaga pendidikan ada pemberian informasi dan edukasi,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement