Selasa 22 Aug 2023 20:03 WIB

Dokter Ingatkan Vape Lebih Bikin Kecanduan Dibandingkan Rokok

Banyak yang salah kaprah vape dianggap sebagai alternatif dari rokok.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Qommarria Rostanti
Warga berada di kawasan larangan merokok Taman Balai Kota, Bandung, Jawa Barat. Dokter memberikan peringatan vape bisa lebih adiktif dibandingkan rokok.
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Warga berada di kawasan larangan merokok Taman Balai Kota, Bandung, Jawa Barat. Dokter memberikan peringatan vape bisa lebih adiktif dibandingkan rokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kemunculannya, vape kerap dianggap sebagai alternatif rokok yang lebih sehat. Bahkan, banyak perokok yang beralih ke vape dengan harapan bisa berhenti dari kebiasaan merokok yang tak sehat.

Ironisnya, penggunaan vape ternyata bisa lebih adiktif dibandingkan rokok konvensional. Dr Sara Kayat mengungkapkan, aktivitas menghisap rokok melibatkan proses pemanasan cairan vape. Seperti halnya rokok konvensional, cairan ini juga memiliki kandungan nikotin yang bisa memicu adiksi.

Baca Juga

"Sering kali, kandungan nikotin yang ditemukan dalam vape lebih tinggi secara signifikan dibandingkan (nikotin) dalam rokok," jelas dr Kayat, seperti dilansir Express pada Selasa (22/8/2023).

Semakin tinggi kandungan nikotin, efek adiksi yang ditimbulkan bisa lebih kuat. Oleh karena itu, dr Kayat mengungkapkan bahwa aktivitas menghisap vape atau vaping bisa lebih adiktif dibandingkan merokok.

Mengapa nikotin adiktif?

Menurut Mayo Clinic, nikotin bisa pergi menuju otak dan melepaskan neurotransmitter bernama dopamin. Dopamin merupakan hormon yang bertanggung jawab atas perasaan puas atau senang dan suasana hati yang baik. Semakin sering seseorang terpapar nikotin, baik dari rokok maupun vape, semakin banyak nikotin yang mereka butuhkan agar bisa merasakan kesenangan yang sama.

Menurut Direktur Riset Klinis dari Johns Hopkins Medicine, Mr Michael Blaha, nikotin merupakan zat yang sangat adiktif. Selain itu, nikotin juga dikenal sebagai zat yang toksik karena dapat memberikan beberapa dampak buruk bagi kesehatan.

Salah satunya, nikotin bisa meningkatkan tekanan darah dan juga lonjakan adrenalin. Kondisi ini bisa menyebabkan naiknya detak jantung dan risiko serangan jantung.

Untuk saat ini, studi mengenai risiko kesehatan akibat vape memang belum sebanyak rokok. Akan tetapi, Blaha mengungkapkan bahwa orang-orang yang menghisap vape telah membuat diri mereka sendiri terpapar oleh beragam zat kimia yang belum benar-benar dipahami.

"Dan mungkin (zat-zat tersebut) juga tidak aman," kata Blaha.

Meski nikotin sangat adiktif, bukan berarti perokok dan pengguna vape tidak bisa terlepas dari jeratan rokok dan vape. Salah satu faktor kunci yang paling penting dalam upaya berhenti merokok dan vaping adalah tekad atau kemauan yang kuat.

"Tetapi, akan lebih mudah bila (tekad) dikombinasikan dengan beberapa dukungan tambahan," ujar National Health Service atau NHS.

Dalam program berhenti merokok, perokok bisa dibantu dengan terapi pengganti nikotin dan obat-obatan resep dokter. Terapi pengganti nikotin ini memiliki beragam bentuk, mulai dari patch, obat semprot, permen karet, dan lozenges atau permen pelega tenggorokan.

Seiring waktu, dosis dari terapi pengganti nikotin ini akan dikurangi. Dengan begitu, perokok tidak akan tersiksa dengan gejala "sakau" nikotin yang mungkin terjadi akibat berhenti merokok. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement