Sabtu 19 Aug 2023 17:30 WIB

The Kerala Story, Film India yang Dianggap Menjelekkan Islam dan Menjual Kebohongan

Kritikus menilai The Kerala Story menjual kebohongan dan memicu perpecahan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Poster film The Kerala Story. Film ini dianggap menjelekkan Islam, menjual kebohongan, dan memicu perpecahan.
Foto: Dok. Sunshine Pictures
Poster film The Kerala Story. Film ini dianggap menjelekkan Islam, menjual kebohongan, dan memicu perpecahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film dari India berjudul The Kerala Story dinilai memuat propaganda yang memicu perpecahan dan memunculkan kebencian terhadap kelompok minoritas. Kritikus menilai penayangan The Kerala Story juga memiliki agenda politik tersembunyi yang menguntungkan pihak tertentu.

Saat ini, The Kerala Story menjadi film Hindi terlaris kedua di India sepanjang 2023. Film ini berfokus pada kiswah wanita-wanita muda yang dijebak untuk memeluk Islam lalu diradikalisasi dan diperdagangkan untuk aksi terorisme. Meski merupakan kisah fiksi, film ini mengeklaim bahwa kisahnya terinspirasi oleh banyak kisah nyata.

Baca Juga

Sejumlah kritikus menilai film The Kerala Story dan beberapa film lain yang baru dirilis di India menjual kebohongan dan memicu perpecahan. Salah satunya adalah menggambarkan kelompok minoritas Muslim sebagai penjahat.

Selain itu, perilisan The Kerala Story dinilai sarat akan kepentingan politik yang menguntungkan pihak tertentu. Belum lama ini misalnya, partai Bharatiya Janata Party (BJP) menggelar acara menonton The Kerala Story secara gratis.

Dua negara bagian yang dipimpin oleh BJP bahkan memberikan potongan harga untuk tiket menonton The Kerala Story di Bioskop. BJP merupakan partai pengusung Perdana Menteri India Narendra Modi yang saat ini sedang berkampanye untuk pemilu tahun depan.

Selama masa kepemimpinan Modi, jurnalis Nilanjan Mukhopadhyay mengatakan film sering kali dimanfaatkan sebagai media untuk menyebarkan ideologi yang diyakini oleh Modi. Tak jarang, film-film yang dirilis selama masa kepemimpinan Modi juga memuat pesan yang memicu perpecahan, tak terkecuali The Kerala Story.

"Hal yang sama juga dilakukan oleh film-film (baru) ini, membawa kebencian kepada orang-orang, menciptakan prasangka buruk terhadap agama minoritas," kata Mukhopadhyay.

Dalam kampanyenya belakangan ini, Modi yang diusung oleh BJP kerap mempromosikan film /he Kerala Story. Di saat yang sama, Modi juga mengklaim bahwa partai oposisi memiliki kecenderungan mendukung terorisme.

Dalam kesempatan berbeda, sutradara The Kerala Story, Sudipto Sen, memberikan pernyataan yang cukup kontroversial saat ditanya mengenai kecenderungan politik dalam film garapannya. Menurut Sen, filmnya patut digunakan oleh partai-partai politik untuk mendulang keuntungan politik.

"Saya ingin menyarankan semua partai politik untuk memanfaatkan film saya. Gunakan film ini untuk keuntungan politik Anda," ujar Sen, seperti dilansir Japan Times pada Jumat (18/8/2023).

Sen mengeklaim bahwa filmnya berbicara soal kebenaran yang ingin dilihat oleh banyak orang. Ironisnya, film yang digarap oleh Sen justru menuai kontroversi karena menyebarkan informasi palsu. Film ini mengeklaim bahwa ada sekitar 32 ribu wanita Hindu dan Kristen di Kerala yang dipaksa memeluk Islam lalu dieksploitasi oleh kelompok teroris. Akan tetapi, informasi palsu ini telah ditarik dari film.

Tak hanya itu, kritikus juga melihat The Kerala Story sebagai film yang mendramatisasi konspirasi love jihad. Love jihad merupakan istilah untuk sebuah fenomena di mana pelaku terorisme menggoda wanita untuk ikut melakukan aksi terorisme berkedok "jihad" bersama mereka atas dasar cinta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement