Selasa 15 Aug 2023 15:50 WIB

Positif Covid-19 Akibat Infeksi Varian Eris, Apa yang Harus Dilakukan Penderita?

Varian Eris yang tengah mendomiasi kasus di AS juga sudah masuk Indonesia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Varian Eris. Ketika terinfeksi varian Eris, orang perlu mengisolasi diri selama lima hari.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian baru yang disebut Eris telah menyebar cepat hingga bertanggung jawab atas lebih dari 17 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Pada 8 Agustus, varian tersebut telah ditemukan di lebih dari 50 negara, termasuk Cina, Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Indonesia.

Dokter Brett Osborn, seorang ahli bedah saraf bersertifikat di West Palm Beach, Florida, AS mengatakan kepada Fox News Digital bahwa masyarakat seharusnya tidak terlalu khawatir tentang Eris. Seperti varian Covid-19 lainnya, dr Osborn mengatakan bahwa sebagian besar gejalanya "ringan".

Baca Juga

"Pada dasarnya, Anda akan merasa tidak enak selama beberapa hari dan kemudian sembuh tanpa gejala sisa (efek samping) yang merugikan, mirip dengan infeksi virus influenza," kata dr Osborn, dilansir Fox News, Selasa (15/8/2023). 

Orang yang terinfeksi Eris harus menghubungi dokter, istirahat, tetap terhidrasi, dan rajin cuci tangan. Selain itu, batasi kontak dengan orang lain setidaknya selama lima hari. Ini adalah tindakan pengobatan yang khas untuk mereka yang juga memiliki penyakit virus lainnya.

Lalu, bagaimana vaksin memengaruhi varian Eris? Produsen vaksin utama, yakni Pfizer/BioNTech, Moderna, dan Novavax, semuanya telah membuat versi terbaru dari vaksinnya yang dirancang untuk memerangi subvarian Omicron lainnya, XBB 1.5, yang dianggap mirip dengan subvarian Eris baru.

Direktur CDC Dr Mandy Cohen dalam wawancara baru-baru ini dengan Andy Slavitt di podcast "In The Bubble" mengungkapkan versi terbaru dari vaksin Covid-19 diharapkan tersedia di AS pada pertengahan hingga akhir September.

“Saat ini, apa yang kami lihat dengan perubahan pada virus, mereka masih rentan terhadap vaksin kami, masih rentan terhadap obat-obatan yang ada, dan masih terdeteksi oleh tes. Jadi semua alat kita masih berfungsi saat virus berubah," jelas dr Cohen.

Satu kekhawatiran potensial dengan varian baru ini, menurut dr Marc Siegel, seorang profesor kedokteran di NYU Langone Medical Center dan kontributor medis Fox News, adalah banyak orang memiliki kekebalan yang lebih rendah daripada beberapa bulan lalu. Sebab, mereka belum mendapatkan suntikan vaksin tambahan atau kena Covid-19 lagi baru-baru ini.

"Ini mungkin lebih menjadi alasan untuk menggunakan booster baru ketika sudah keluar, terutama jika Anda berada dalam kelompok berisiko tinggi, lanjut usia, atau dengan gangguan kekebalan, dan belum pernah memiliki kasus Covid-19 atau divaksinasi baru-baru ini," ujar dr Siegel.

Menurut dr Siegel, subvarian Omicron tampaknya didominasi oleh pernapasan atas. Artinya, virus tidak masuk jauh ke dalam paru-paru atau menyebabkan pneumonia atau kegagalan pernapasan sebanyak varian sebelumnya, seperti Delta. Eris juga termasuk subvarian dari Omicron.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, rawat inap Covid-19 meningkat musim panas ini, naik 10 persen dalam peningkatan paling tajam sejak Desember 2022. Juru bicara CDC Kathleen Conley dalam sebuah pernyataan menyebutkan indikator awal aktivitas Covid-19 (kunjungan departemen darurat, tes positif, dan tingkat air limbah) mendahului peningkatan rawat inap yang terlihat pekan lalu.

"Meskipun naik, kasus Covid-19 masih di level terendah dalam sejarah AS," kata Conley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement