REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kembali bekerja, sebagian ibu tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk menyediakan stok air susu ibu (ASI) perah. Mereka pun beralih ke susu formula karena khawatir bayinya kekurangan gizi.
Terlebih, ada saja tenaga kesehatan yang mudah merekomendasikan susu formula. Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr dr Naomi Esthernita SpA(K) menjelaskan susu formula memang tidak "haram", tetapi kebaikan dari ASI bukan ada pada nutrisinya saja.
"Mungkin anak lebih gemuk (dengan pemberian susu formula), tapi dalam ASI ada zat anti infeksi, ada hormon pertumbuhan, nah itu tidak ada di susu formula" kata dr Naomi dalam webinar di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Tampilan gemuk sebetulnya juga bukan penanda anak lebih sehat. Biasanya, menurut dr Naomi, bayi yang diberikan ASI, memiliki hormon yang dapat mengatur rasa kenyang.
Ketika menyadari asupannya sudah cukup, bayi akan berhenti menyusu. Sementara itu, bayi yang disusui lewat botol cenderung menghabiskan sampai selesai.
"Ada riset yang menyebutkan bahwa memang kalau diberikan botol dihabiskan, kalau ASI langsung tahu kapan harus berhenti, ada hormon yang mengatur kenyang dan lapar si bayi, dan gizi ASI tetap nomor satu," kata dr Naomi.
Dokter Naomi menyebut bahwa pemberian ASI juga dapat mencegah kondisi obesitas anak. Pemberian ASI bermanfaat menghindari obesitas maupun berat badan kurang (underweight).