Selasa 01 Aug 2023 01:48 WIB

Duh, Indonesia Duduki Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia

Pemerintah memiliki berbagai program dalam penanganan TB.

Petugas kesehatan memindai warga saat pemeriksaan Tuberkulosis (TB). -Indonesia saat ini berada di urutan kedua jumlah kasus tuberkulosis di dunia, dengan estimasi sebanyak 969.000 kasus./ilustrasi
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Petugas kesehatan memindai warga saat pemeriksaan Tuberkulosis (TB). -Indonesia saat ini berada di urutan kedua jumlah kasus tuberkulosis di dunia, dengan estimasi sebanyak 969.000 kasus./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Indonesia saat ini berada pada urutan kedua jumlah kasus tuberkulosis (TB) di dunia, dengan estimasi sebanyak 969.000 kasus. "Jumlah tersebut mencapai rataan 354 kasus per 100.000 penduduk, dari target idealnya adalah 65 kasus per 100.000 penduduk," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu pada acara Apresiasi Studi Uji Klinis UI dan Tim TRUNCATE-TB di Jakarta, Senin (31/7/2023).       

Maxi mengatakan Pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan diestimasi memiliki kasus TB terbesar pada tahun 2021, karena tidak seluruh kasus TB terdeteksi dan tidak seluruh kasus TB yang terdeteksi terobati dengan baik. Dia mengungkapkan kasus TB yang terkonfirmasi sempat menurun pada 2021 yakni dengan 443.235 kasus, namun jumlahnya melonjak menjadi 724.309 kasus pada 2022 akibat dampak pandemi COVID-19. "Saat ini terdapat 386.089 kasus TB yang terkonfirmasi per 18 Juli 2023," ujarnya.      

Baca Juga

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah memiliki berbagai program dalam penanganan TB, salah satunya adalah yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang salah satu targetnya adalah penurunan angka kematian menjadi enam per 100.000 penduduk pada 2030.       

Untuk itu pihaknya telah melakukan berbagai upaya peningkatan akses layanan, seperti penambahan sarana atau jejaring diagnosis TB, penyediaan jumlah logistik TB yang mencukupi dan berkesinambungan, serta perluasan layanan rujukan TB resisten obat (RO).       

Meskipun demikian, dia menyebutkan berbagai macam upaya yang dilakukan belum dapat mencapai target, karena banyaknya penderita TB yang belum terdiagnosis. Oleh karena itu dia berharap agar masyarakat dapat turut terlibat dalam penanganan TB, khususnya TB RO, agar target eliminasi TB di Indonesia dapat tercapai pada 2030.    

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement