Ahad 30 Jul 2023 16:39 WIB

Rhabdomyolysis, Pembunuh Senyap yang Mengincar Para Pelari

Rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari dijuluki pembunuh senyap.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Olahraga lari (Ilustrasi). Rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari, dijuluki pembunuh senyap.
Foto: Flickr
Olahraga lari (Ilustrasi). Rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari, dijuluki pembunuh senyap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang memilih olahraga lari untuk mendapatkan manfaat kesehatan fisik dan mental. Olahraga intensitas tinggi itu memang menyehatkan, namun para pelari juga diminta mewaspadai suatu kondisi mematikan yang bisa mengintai.

Ada sebuah kondisi bernama rhabdomyolysis yang bisa diderita para pelari dijuluki pembunuh senyap. Kondisi itu terjadi ketika jaringan otot yang rusak melepaskan protein dan elektrolit ke aliran darah. Zat yang terlepas ini dapat merusak organ tubuh seperti jantung dan ginjal.

Baca Juga

Dalam sebuah artikel untuk Runners World, pakar bernama profesor William Roberts mengulasnya. Roberts mengatakan, hampir setiap orang yang berolahraga untuk meningkatkan kinerja akan melepaskan atau membocorkan kreatin kinase itu ke aliran darah.

"Menjadi masalah ketika sel otot melepaskan kandungan seperti potasium atau mioglobin, yang menyebabkan komplikasi," ujar Roberts, dikutip dari laman Express, Ahad (30/7/2023).

Roberts menjelaskan bahwa sebenarnya cukup kecil kemungkinannya orang yang rutin berolahraga dan pelari mengembangkan rhabdomyolysis. Namun, kondisi itu bisa terjadi pada orang yang secara drastis meningkatkan volume atau intensitas latihan.

Menurut Roberts, mengejutkan otot dengan volume pekerjaan tak terduga yang jauh melampaui tingkat kemampuannya bukan ide bagus. Sebab, itu bisa mengarah pada kondisi rhabdomyolysis, dan dapat menyebabkan gagal ginjal, bahkan kematian karena aritmia.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan bahwa atlet cukup berisiko mengalami rhabdomyolysis, yang juga dikenal sebagai rhabdo. Siapa pun juga bisa terkena rhabdo, tetapi orang yang bekerja di lingkungan tertentu berisiko lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement