REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton TV alih-alih beraktivitas fisik telah dikaitkan dengan masalah kesehatan di masa dewasa. Hal ini diungkap oleh studi dari Selandia Baru yang dipublikasikan di Pediatrics.
Para peneliti melacak ratusan anak di Selandia Baru pada 1973 dan mengikuti mereka hingga berusia 45 tahun. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang lebih banyak menonton TV lebih mungkin memiliki tekanan darah tinggi dan obesitas karena minimnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang buruk.
"Jika Anda duduk menonton TV, tubuh menjadi tidak aktif dan oleh karena itu meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan kurang bugar," kata penulis studi dr Bob Hancox, seperti dilansir ABC News, Selasa (25/7/2023).
Penelitian ini dimulai pada tahun 1970-an, ketika pilihan waktu menonton TV lebih sedikit dibandingkan saat ini. Namun, menurut para ahli, studi ini masih memberikan informasi penting tentang bagaimana orang tua dapat mengontrol screen time anak di masa sekarang.
Asisten profesor penyakit dalam dan pediatri yang berfokus pada pengobatan obesitas di Northwestern Medicine di Amerika Serikat, dr Veronica Johnson, menilai bahwa studi ini benar-benar menyoroti pentingnya intervensi di tahun-tahun kritis dari perkembangan anak.
"Yang perlu ditekankan ialah bahwa struktur masyarakat, kebutuhan untuk merancang program, sekolah, dan dukungan orang tua bisa sangat berhasil membantu anak menjadi lebih aktif secara fisik," jelas Johnson.
Para ahli juga mengimbau orang tua untuk selalu memperhatikan screen time Si Kecil. American Academy of Pediatrics, misalnya, menyarankan orang tua untuk membatasi tontonan yang tidak perlu bagi anak, dan fokus pada konten yang bisa membantu perkembangan emosi, sosial, otak, dan identitas anak.
"Di era modern, screen time tidak bisa dihindari. Sangat penting untuk menetapkan beberapa pedoman bagi anak tentang kapan mereka harus menggunakan gawai dan konten apa saja yang boleh ditonton," jelas Johnson.
Orang tua juga dapat fokus pada faktor-faktor yang terkait dengan waktu penggunaan layar yang dapat menimbulkan masalah di kemudian hari, seperti pola makan dan aktivitas fisik.
Terkait pola makan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah merekomendasikan untuk memperbanyak minum air putih dan buah daripada minuman berperisa manis, mengiris sayuran untuk dijadikan camilan cepat saji, dan membumbui makanan dengan air perasan lemon, serta rempah-rempah lainnya yang minim garam.
"Menemukan rencana makan yang sesuai untuk setiap orang sangatlah personal. Diet terbaik adalah yang sesuai dengan jadwal seseorang, preferensi budaya, dan pola makan. Karena itulah yang bisa mereka patuhi," kata Dr Amanda Velazquez, direktur pengobatan obesitas di Cedars-Sinai.