Jumat 21 Jul 2023 08:43 WIB

Studi: Wadah Makanan yang Dipanaskan Microwave Paparkan Racun Nanoplastik

wadah plastik memiliki lebih dari 2 miliar nanoplastik per cm

Sebuah studi baru menemukan bahwa wadah makanan bayi berbahan plastik yang dipanaskan ke dalam microwave bisa memicu dampak buruk bagi kesehatan.
Foto: Republika.co.id
Sebuah studi baru menemukan bahwa wadah makanan bayi berbahan plastik yang dipanaskan ke dalam microwave bisa memicu dampak buruk bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menemukan bahwa wadah makanan bayi berbahan plastik yang dipanaskan ke dalam microwave bisa memicu dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya, wadah plastik memiliki lebih dari 2 miliar nanoplastik dan 4 juta plastik untuk setiap sentimeter persegi wadah, dan partikel itu bisa dipaparkan saat proses pemanasan di microwave.

Peneliti dari University of Nebraska-Lincoln AS menekankan pentingnya membatasi paparan partikel plastik dalam makanan yang akan disantap si kecil. Mengetahui tingkat konsumsi partikel plastik juga dinilai penting dalam memahami potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, terlebih toksisitas mikroplastik dan nanoplastik sangat terkait dengan tingkat paparan.

"Ketika kita mengonsumsi makanan tertentu, kita harus mencari tahu kandungan kalori, kadar gula, dan nutrisi lainnya. Saya yakin bahwa mencari tahu jumlah partikel plastik yang ada di dalam makanan juga sama pentingnya,” kata peneliti utama studi, Kazi Albab Hussain, seperti dilansir dari Siasat Daily, Jumat (21/7/2023).

Hussain dan timnya melakukan percobaan dengan dua wadah makanan bayi yang terbuat dari polipropilena dan pouch yang dapat digunakan kembali yang terbuat dari polietilena. Kedua plastik tersebut telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

Dalam satu percobaan, para peneliti mengisi wadah dengan air deionisasi atau asam asetat 3 persen. Asam asetat dimaksudkan untuk mensimulasikan produk susu, buah-buahan, sayuran, dan bahan habis pakai yang relatif asam lainnya. Peneliti lalu memanaskannya dengan daya penuh selama tiga menit dalam microwave 1.000 watt.

Setelah itu, mereka menganalisis cairan tersebut untuk mencari bukti adanya mikro dan nanoplastik. Mikroplastik adalah partikel berdiameter 1/1.000 milimeter, sedangkan nanoplastik adalah partikel yang lebih kecil.

Model penelitian ini memperhitungkan pelepasan partikel, berat badan, dan konsumsi per kapita dari berbagai makanan dan minuman. Hasilnya, tim peneliti memperkirakan bahwa bayi/balita yang mengonsumsi produk makanan dan susu yang dipanaskan dengan microwave, akan mendapat paparan konsentrasi plastik yang relatif tinggi.

Eksperimen yang dirancang untuk mensimulasikan pendinginan dan penyimpanan makanan atau minuman dalam suhu ruangan selama enam bulan, juga menunjukkan bahwa keduanya dapat menyebabkan pelepasan mikro dan nanoplastik.

Tim kemudian membiakkan dan mengekspos sel ginjal embrio terhadap partikel plastik yang dilepaskan dari wadah. Alih-alih hanya memasukkan jumlah partikel yang dilepaskan oleh satu wadah, para peneliti memaparkan sel-sel tersebut pada konsentrasi partikel yang mungkin terakumulasi oleh bayi dan balita selama berhari-hari atau dari berbagai sumber.

Setelah dua hari, hanya 23 persen sel ginjal yang terpapar dengan konsentrasi tertinggi yang berhasil bertahan hidup -tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada yang diamati dalam penelitian sebelumnya tentang toksisitas mikroplastik dan nanoplastik. Tim menduga bahwa sel-sel ginjal mungkin lebih rentan terhadap partikel-partikel tersebut dibandingkan dengan jenis sel lain yang diperiksa dalam penelitian sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement