Selasa 18 Jul 2023 19:29 WIB

Gelombang Panas Sebabkan Peningkatan Risiko Serangan Jantung

Gelombang panas menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung bahkan kematian

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Gelombang panas menyebabkan suhu melonjak, peningkatan risiko serangan jantung, dan kematian.
Foto: AP
Gelombang panas menyebabkan suhu melonjak, peningkatan risiko serangan jantung, dan kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Gelombang panas yang melanda belahan bumi utara akan meningkat minggu ini. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Selasa (18/7/2023) mengatakan, gelombang panas menyebabkan suhu melonjak, peningkatan risiko serangan jantung, dan kematian.

WMO memperingatkan bahwa gelombang panas berada dalam fase awal. WMO memperkirakan suhu di Amerika Utara, Asia, Afrika Utara, dan Mediterania berada di atas 40 derajat Celcius untuk beberapa hari ke depan karena gelombang panas meningkat. Peningkatan ini menyebabkan suhu pada tengah malam dapat berada di atas 30 derajat di beberapa daerah minggu ini.

Baca Juga

"Suhu malam yang tinggi berulang kali sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena tubuh tidak dapat pulih dari panas yang berkelanjutan. Hal ini menyebabkan peningkatan kasus serangan jantung dan kematian," kata Penasihat Panas Ekstrim Senior untuk WMO, John Nairn kepada wartawan di Jenewa.

Panu Saaristo dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) mengatakan, bayi, lansia, dan orang dengan kondisi kesehatan kronis berisiko tinggi terhadap suhu ekstrem. Lebih dari 60.000 orang Eropa mungkin telah meninggal dalam gelombang panas tahun lalu. Saaristo mengatakan, IFRC menghubungi orang lanjut usia di Italia untuk memeriksa kesehatan mereka, membagikan air minum di Yunani dan membuat tempat berlindung bagi orang-orang yang terkena dampak kebakaran hutan di pulau Spanyol La Palma.

Badan cuaca PBB mengatakan, rekor baru mungkin terjadi dalam beberapa hari mendatang.  Suhu tertinggi Eropa sebelumnya adalah 48,8 Celcius yang dicapai di Sisilia pada Agustus 2021 dan rekor global 56,7 Celcius tercatat di Death Valley, California pada Juli 1913.

"Gelombang panas di Mediterania cukup besar tetapi tidak seperti yang terjadi di Afrika Utara. Ini berkembang ke Eropa pada tahap ini. Kami berada di fase awal gelombang panas ini," kata Nairn.

Ditanya tentang apakah gelombang panas saat ini disebabkan oleh perubahan iklim, Nairn menggambarkan sistem cuaca "parkir" yang bergerak lambat sebagai hal yang tidak biasa.  "Ini bukan sistem cuaca normal Anda di masa lalu. Anda harus melakukan perbaikan iklim untuk mengubahnya," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement