Senin 26 Jun 2023 13:37 WIB

Studi: Ada Kaitan Depresi Pascamelahirkan dengan Stres Saat Remaja

Peningkatan hormon stres berkepanjangan pascamelahirkan memainkan peranan penting.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi baru menemukan bahwa stres selama masa remaja dapat menyebabkan perubahan perilaku pascamelahirkan.
Foto: Piqsels
Sebuah studi baru menemukan bahwa stres selama masa remaja dapat menyebabkan perubahan perilaku pascamelahirkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan bahwa stres selama masa remaja dapat menyebabkan perubahan perilaku pascamelahirkan pada wanita dan mamalia lainnya, termasuk depresi dan perubahan perilaku sosial setelah melahirkan. Para peneliti dari University of Alabama di Birmingham AS menggunakan model tikus untuk menunjukkan bagaimana stres psikologis selama masa remaja mengubah fungsi saraf di otak, yang mengakibatkan perubahan perilaku sosial pascamelahirkan.

Penelitian ini didasarkan pada temuan mereka baru-baru ini bahwa tikus yang terpapar isolasi sosial pada akhir masa remaja, yang tidak menyebabkan perubahan endokrin atau perilaku, menunjukkan perubahan perilaku jangka panjang hanya jika disertai dengan kehamilan dan persalinan.

Baca Juga

Tim menggunakan model perilaku ini untuk menyelidiki perbedaan sirkuit saraf pascapersalinan antara induk tikus yang mengalami stres pada akhir masa remaja dan kelompok kontrol induk tikus yang tidak mengalami stres pada masa remaja karena interaksi sosial yang normal dengan tikus lain. Mereka berfokus pada korteks prelimbik, yakni area pusat otak yang memainkan peran penting dalam perilaku sosial dan regulasi respons stres.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, para peneliti menemukan bahwa stres psikososial remaja, dikombinasikan dengan kehamilan dan persalinan, menyebabkan hipofungsi jalur glutamatergik yang mereka petakan dari area insula anterior korteks otak ke korteks prelimbik. Glutamat adalah neurotransmitter rangsang utama dalam sistem saraf pusat mamalia.

Berkurangnya fungsi jalur kortiko-kortikal ini mengubah aktivitas neuron di korteks prelimbik dan pada gilirannya menyebabkan perilaku sosial yang tidak normal. Seperti yang terlihat dalam sebuah tes tentang berapa lama waktu yang dihabiskan oleh seekor tikus yang dikurung bersama tikus yang sudah dikenalnya, dibandingkan dengan seekor tikus yang dikurung bersama yang baru dikenalnya.

"Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan hormon stres yang berkepanjangan selama periode pascamelahirkan memainkan peran penting dalam perubahan yang diamati pada jalur saraf dan perilaku sosial," kata Minae Niwa dari Departemen Psikiatri dan Neurobiologi Perilaku UAB seperti dilansir dari The Siasat Daily, Senin (26/6/2023).

"Penelitian kami telah mengungkapkan temuan signifikan yang menunjukkan keterlibatan jalur insula-prelimbik anterior dalam perubahan postpartum yang disebabkan oleh stres pada masa remaja," ujar Niwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement