Jumat 23 Jun 2023 18:52 WIB

Serial 'Candy Caddy' Dianggap Rendahkan Golf dan Caddy, Ini Jawaban Vision+

Sebelumnya, serial 'Candy Caddy' dikritik oleh Persatuan Golf Indonesia dan warganet.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Tim produksi dan pemeran serial Candy Caddy menggelar konferensi pers di MNC Conference Hall, Jakarta Pusat, Jumat (23/6/2023).
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Tim produksi dan pemeran serial Candy Caddy menggelar konferensi pers di MNC Conference Hall, Jakarta Pusat, Jumat (23/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vision+ akhirnya buka suara mengenai kritik dari Persatuan Golf Indonesia (PGI) tentang serial "Candy Caddy". Head of Production Vision+ Rick Soerafani mengatakan pihaknya sudah menjalin dialog dengan PGI.

"Kami sudah saling ngobrol dan sebenarnya hanya menyatukan visi bahwa memang series yang kami buat ini bertujuan untuk memajukan olahraga golf," kata Rick saat diwawancara di MNC Conference Hall, Jakarta, Jumat (23/6/2023).

Baca Juga

Menurut dia, "Candy Caddy" bisa dibuat untuk lebih memasyarakatkan lagi olahraga golf. Hal ini mengingat golf identik dengan olahraga kalangan elite.

"Melalui series ini kami ingin memasyarakatkan lagi olah raga golf. Baik sebagai olahraga masyarakat, apakah itu untuk cewek, cowok, dan masyarakat pada umumnya. Jangan hanya di kalangan elite," kata Rick.

Seperti diberitakan sebelumnya diketahui PGI melayangkan kritik terbuka terhadap serial "Candy Daddy". Sekjen Pengurus Besar PGI, Suharsono, menilai serial produksi Vision+ ini berpotensi menciptakan pandangan negatif dan merusak citra pekerjaan caddy

"Secara umum bisa berdampak negatif terhadap perkembangan olahraga golf Indonesia," kata Suharsono dalam pernyataan tertulisnya.

Serial "Candy Caddy" memiliki 10 episode dan mulai tayang perdana hari ini, Jumat (23/6/2023). Disutradarai Myrna Paramita, serial ini berfokus pada seorang mahasiswi jurusan Matematika bernama Yasmine (Zulfa Maharani) yang harus bekerja sebagai caddy untuk membantu ekonomi keluarga. 

Setelah menjadi caddy, Yasmine kemudian memiliki keinginan untuk menjadi atlet golf profesional. Yasmine pun menghadapi berbagai ujian lantaran pekerjaan caddy yang memiliki stereotipe buruk.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement