Rabu 21 Jun 2023 21:58 WIB

Pikir Dua Kali Sebelum Pesan Es Batu di Pesawat

Penumpang disarankan menghindari pesan minuman dengan es batu di pesawat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Minuman di pesawat (ilustrasi). Penumpang disarankan untuk memikirkan kembali jika ingin memesan minum dengan es batu.
Foto: Pexels
Minuman di pesawat (ilustrasi). Penumpang disarankan untuk memikirkan kembali jika ingin memesan minum dengan es batu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memesan minuman dingin seperti jus buah kemasan, susu, atau minuman bersoda selama di penerbangan sangat menggoda untuk melepaskan dahaga. Namun, pikir lagi apabila minuman yang dipesan ternyata disajikan menggunakan es batu.

Dikutip dari laman Travel and Leisure, Selasa (20/6/2023), pesawat terbang jarang memiliki mesin pembuat es batu. Artinya, es batu itu dikirim dari layanan pihak ketiga. Menurut sebuah studi peer-review tahun 2017 yang diterbitkan dalam Annals of Microbiology, es batu di pesawat terbukti tidak higienis.

Baca Juga

Para peneliti mengambil sampel dari 60 es batu dari fasilitas rumah tangga dan industri, yang mengandung lebih dari 50 strain bakteri yang berbeda. Para peneliti mendapati persentase yang konsisten dari mikroorganisme yang bisa menginfeksi manusia.

Itu menunjukkan adanya kontaminasi lingkungan, dan kemungkinan besar es batu memuat banyak mikroorganisme tak higienis di sepanjang jalan dari pabrik es ke cangkir penumpang di pesawat. Maka dari itu, kurang disarankan memesan minuman dengan es batu di pesawat.

Pada salah satu utas Reddit yang viral pada 2017, pembahasan itu juga pernah bergulir. "Jangan memasukkan es ke dalam minuman, jangan minum kopi, teh, atau air panas di pesawat, dan jangan menyentuh apa pun di toilet dengan kulit telanjang," ujar seorang pengguna Reddit yang mengaku sebagai pramugari.

Menurut pengguna itu, es batu di pesawat diletakkan di sebuah nampan, yang tidak terlalu sering dibersihkan. Setiap permukaan di pesawat juga disentuh oleh ratusan orang setiap hari dan jarang didesinfeksi. "Kami tidak memiliki kesempatan untuk mencuci tangan sama sekali selama layanan minuman," ujarnya.

Dengan semua informasi itu, memang sebaiknya menghindari pesan minuman dengan es batu di pesawat. Namun, jika benar-benar tidak bisa terbang tanpa minum minuman dingin, ada satu cara untuk mengatasinya.

Penumpang disarankan memesan soda, sebab menurut peneliti ada pengurangan risiko bakteri secara konsisten akibat CO2, pH, dan bahan antibakteri dari soda. Cara lain, bawa saja minuman sendiri.

Pada 2023, seorang pembersih kabin di bandara Dallas-Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, bernama Verna Montalvo, menyampaikan bahwa kendala waktu dan kekurangan tenaga kerja telah menyebabkan kurangnya kebersihan pesawat.

Menurut Montalvo, krunya sering kali hanya diberi waktu kurang dari lima menit untuk membersihkan dan memeriksa seluruh pesawat. Dia bahkan pernah ditugaskan membersihkan seluruh pesawat sendirian. "Kami membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak orang," kata Montalvo.

Selain es batu, air minum (non-kemasan) di pesawat juga sebaiknya dihindari. Sebuah studi peer-review tahun 2019 oleh Hunter College NYC Food Policy Center di City University of New York menunjukkan bahwa air minum di 11 maskapai besar dan 12 maskapai penerbangan regional disinyalir tidak aman untuk dikonsumsi manusia.

Untuk studi tersebut, para peneliti memberi masing-masing maskapai "Skor Kesehatan Air" berdasarkan 10 kriteria, dengan lima sebagai peringkat tertinggi dan nol sebagai terendah. Skor tiga atau lebih menunjukkan bahwa air di dalam pesawat maskapai "relatif" aman.

Seperti yang ditunjukkan oleh temuan, tujuh dari 10 maskapai besar yang dianalisis mendapat skor di bawah tiga. Hanya Allegiant dan Alaska (masing-masing 3,3) dan Hawaiian Airlines (3,1) yang mendapat skor di atas ambang batas.

Direktur eksekutif Pusat Kebijakan Makanan NYC Hunter College, Charles Platkin, menyarankan untuk tidak minum kopi dan teh yang diseduh di pesawat. Dia dan timnya juga percaya air di kamar mandi pesawat terlalu terkontaminasi. "Saya tidak mencuci tangan. Saya lebih memilih menggunakan tisu," ujar Platkin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement