REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Foo Fighters meluncurkan But Here We Are, album baru yang menggambarkan perjalanan band rock Amerika Serikat itu selama setahun terakhir. Album yang dirilis di bawah naungan Roswell Records/RCA Records tersebut mengusung kekuatan penyembuhan musik, persahabatan, dan keluarga.
Menjadi album perdana sejak sang drummer, Taylor Hawkins, meninggal pada Maret 2022, But Here We Are telah didahului oleh peluncuran kuartet lagunya yang diterima dengan gembira oleh para penikmat musik Foo Fighters. Keempat lagu itu mendemonstrasikan dimensi suara dan emosi yang mengisyaratkan jangkauan dan kedalaman album.
Single pertama yang bertajuk "Rescued" sarat dengan rasa sedih dan urgensi yang segar, disusul lagu kedua "Under You" dengan nuansa rock yang kasar namun merdu, serta hook pahit". Pada lagu "Show Me How", Foo Fighters menunjukkan karya tak terduga di teritori shoegaze dan dream-pop.
Ada pula lagu "The Teacher" dengan durasi 10 menit yang bercerita tentang perpisahan. Semuanya menyalurkan jalur sonik yang sangat beragam namun sama-sama katarsis. Setelah keempat single itu, ada "The Glass" yang melodik serta lima lagu klasik lain.
Album But Here We Are diproduseri oleh Greg Kurstin bersama Foo Fighters. Selama band manggung sejak single dihadirkan satu demi satu hingga album penuh, sudah banyak penonton yang bernyanyi mengikuti setiap kata dari tembang-tembang baru yang ada.
Kritikus musik pun memberikan reaksi penuh antusias terhadap album But Here We Are dan lagu-lagunya. Consequence berpendapat album ini merupakan sebuah meditasi brilian tentang kesedihan, bahkan album Foo Fighters terbaik sejak pergantian milenium.