REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 50 persen dari penduduk dunia akan mengalami miopia atau rabun jauh (mata minus) pada 2050. Sedangkan, miopia yang tidak ditangani dapat mengarah ke penyakit mata yang lebih serius.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga, prevalensi kelainan refraksi di Indonesia menempati urutan pertama dari penyakit mata, meliputi 25 persen penduduk.
Kelainan refraksi adalah kondisi di mana cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan jelas. Hal ini membuat bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam.
Prevalensi miopia di Indonesia lebih dari -0,5D pada usia dewasa muda adalah 48,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki potensi tinggi terhadap miopia.
“Kunjungan kami di Indonesia saat ini untuk menunjukkan komitmen HOYA bagi Indonesia serta mendukung tim lokal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penglihatan yang lebih baik,” ujar Chief Executive Officer (CEO) HOYA Vision Care, Alexandre Montague, dalam siaran pers, Senin (12/6/2023).
HOYA Vision Care pun terpacu untuk lebih gigih dalam mengedukasi serta mengembangkan inovasi teknologi guna menciptakan opsi kontrol miopia khususnya untuk anak dan menyediakan perawatan kesehatan mata sejak dini.
Sebagai salah satu wujud kepedulian HOYA Vision Care terhadap masalah kesehatan mata sejak dini serta komitmennya untuk menjawab masalah kesehatan mata untuk segala usia, pada akhir tahun 2022 lalu, HOYA Vision Care memperkenalkan produk lensa terbarunya, yaitu lensa kacamata terapi miopia, MiYOSMART.
Diciptakan dengan teknologi terkini, yang dapat mengontrol salah satu gangguan pada mata yang banyak dialami masyarakat, khususnya pascapandemi, yakni miopia atau kesulitan melihat benda jarak jauh secara jelas yang biasa dikenal dengan mata minus atau rabun jauh.
Lensa MiYOSMART merupakan opsi kontrol miopia untuk anak, berupa lensa kacamata terapi untuk menahan pertumbuhan mata minus yang efektif dengan teknologi D.I.M.S. (defocus incorporated multiple segments) yang telah teruji klinis, aman karena tidak menyentuh organ mata secara langsung, bahan lensa tahan bentur, dan dilengkapi perlindungan sinar UV serta mudah karena penggunaan serta adaptasi yang mudah.
MiYOSMART kini memiliki uji klinis terpanjang dalam kategori lensa kacamata kontrol miopia, yakni selama enam tahun dan memiliki tingkat efikasi 3 yang paling tinggi di pasar Indonesia.
Hasil dari uji klinis selama dua tahun menunjukkan bahwa penggunaan lensa terapi MiYOSMART dapat memperlambat perkembangan miopia hingga rata-rata 60 persen dan pada penelitian pada tahun keenam dibuktikan bahwa MiYOSMART tidak menunjukkan efek rebound.
Kehadiran MiYOSMART mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat, terbukti ribuan lensa MiYOSMART telah dirasakan manfaatnya oleh anak dengan miopia di Indonesia.