REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Menjalani gaya hidup halal di Indonesia sebenarnya gampang-gampang susah, apalagi dengan warganya yang majemuk. Salah satu yang masih rumit untuk diwujudkan adalah hotel syariah karena kriterianya cukup kompleks.
Jika sedang bepergian dan butuh penginapan atau ketika hendak staycation, pegiat gaya hidup halal Dian Widayanti mencari tahu dari sisi makanan yang disajikan. Karena kalau mencari hotel syariah, ini penyedianya masih sangat kurang.
“Hotel syariah di Jakarta masih dikit dan belum sesuai dengan kriteria yang mereka mau. Kalau sekarang, suplainya aja masih kesulitan, karena masih banyak yang belum halal dan tempatnya belum sesuai dengan syariah,” kata Dian saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023).
Oleh karena itu, ketika pergi ke hotel, Dian akan bertanya dulu seperti apa resep masakan yang disajikan, terutama resep autentik dari chef-nya. Apalagi di hotel bintang lima yang banyak didatangi WNA, biasanya ada yang menggunakan bahan-bahan tidak halal.
“Misalnya angciu, biasa dipakai di tumis-tumisan, nasi goreng, mi goreng, tapi katanya dikit. Kata MUI, sesedikit apapun itu tetap tidak boleh. Karena jatuhnya khamr, ya,” papar Dian.
Lalu bagaimana jika hendak menginap di hotel? Dian menyarankan untuk tetap menanyakan pada pihak hotel, terutama para chef, terkait bahan-bahan yang digunakan pada masakan. “Bisa dibilang untuk hotel apalagi yang high end, biasanya memang nggak halal,” ucapnya.
Meskipun kerap dipandang sinis ketika bertanya soal status halal, namun Dian merasa tidak masalah. Berbeda saat dirinya berada di luar negeri, justru pelanggan yang bertanya adalah hal yang wajar.
“Kalau disinisin, justru di Indonesia saya disinisin. Kalau di luar lebih menghormati ya. Karena kan banyak juga orang yang vegan, pasti nanya bahannya juga. Jadi nggak pernah sih kayanya dinyinyirin, paling kalau ada yang nggak tahu mereka nanya ‘Apa itu halal?’” ujar Dian.