Jumat 02 Jun 2023 07:18 WIB

Apa Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa? Psikiater Beri Jawaban Ini

Apabila dideteksi dengan lebih cepat, maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Gangguan jiwa (ilustrasi). Ada macam-macam penyebab seseorang bisa mengidap gangguan jiwa (multifaktorial).
Foto: www.freepik.com
Gangguan jiwa (ilustrasi). Ada macam-macam penyebab seseorang bisa mengidap gangguan jiwa (multifaktorial).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan jiwa ada di mana-mana dan bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang, status ekonomi, serta pendidikan. Sebenarnya, apa yang memicu terjadinya gangguan jiwa dan bagaimana proses terjadinya?

Psikiater Lahargo Kembaren mengatakan, gangguan jiwa adalah penyakit medis yang memiliki patologi gangguan di dalam saraf otak. Artinya, gangguan jiwa adalah penyakit otak. Gangguan jiwa bisa terjadi melalui suatu proses yang berlangsung beberapa waktu sebelumnya, bisa cepat, bisa juga lebih lambat.

Baca Juga

"Apabila dideteksi dengan lebih cepat, maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi dan diobati, sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali," ujar Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS Marzoeki Mahdi Bogor itu kepada Republika.co.id.

Ada macam-macam penyebab seseorang bisa mengidap gangguan jiwa (multifaktorial). Penyebabnya bisa karena faktor genetik (keturunan), atau akibat kondisi ibu selama mengandung. Bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik, maka akan memengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

Proses persalinan pun berpengaruh, sebab bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko gangguan jiwa. Begitu pula penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang. Demikian juga riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul, atau kecelakaan.

Penyebab lain yakni penggunaan narkoba atau napza seperti alkohol, ganja, sabu-saby, ekstasi, obat penenang, heroin, dan lainnya. Riwayat peristiwa traumatis, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan mendalam, kehilangan, hingga kekecewaan pun bisa menyebabkan seseorang mengidap gangguan jiwa.

Lahargo mengatakan, semua itu membuat keseimbangan zat kimia di otak atau neurotransmiter menjadi berubah dan tidak stabil. Itulah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku pengidap gangguan jiwa.

Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan produktivitasnya, sehingga bisa mengganggu keluarga dan masyarakat. Orang dengan gangguan jiwa berpotensi tidak bisa sekolah, kuliah dan bekerja dengan baik. Fungsi sosial juga menjadi terganggu, sebab  tidak mampu berinteraksi dengan sekitarnya dengan baik.

"Kemampuan fokus, konsentrasi, atensi, memori, keputusan untuk bertindak,  kemampuan berkomunikasi, fungsi gerakan juga terganggu sehingga fungsi dan produktivitas menjadi terganggu," ujar Lahargo.

Sebagai pencegahan agar kondisi tidak semakin parah, Lahargo menyarankan untuk melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik. Dengan begitu, gangguan jiwa dapat cepat dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, rumah sakit jiwa, bersama psikiater, psikolog, atau perawat jiwa.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental, dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan, maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat tercapai.

Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan, maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya yang ada juga bisa dicegah.

"Hindari memberikan stigma dan diskriminasi bagi orang dengan gangguan jiwa karena mereka dan keluarganya sudah cukup menderita dengan gangguan jiwa yang dialaminya," kata Lahargo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement