REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Status Covid-19 pada pendonor organ tampaknya memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko kematian pasien penerima donor. Pasien yang mendapatkan organ donor dari mendiang pasien Covid-19 memiliki risiko kematian yang lebih besar dalam kurun waktu satu tahun.
"Tren awal ini seharusnya sudah cukup mengkhawatirkan," ujar ketua investigator dan ahli kardiologi di New York, Shivank Madan MD, seperti dilansir WebMD.
Temuan ini telah dipublikasikan secara daring pada 17 Mei lalu dalam Journal of the American College of Cardiology. Studi ini dilakukan setelah dua studi berskala kecil mengindikasikan adanya peningkatan risiko kematian pada pasien penerima organ yang didonorkan oleh pasien Covid-19.
Dalam studi terbaru ini, tim peneliti menganalisis data dari United Network for Organ Sharing (UNOS). Data ini mencakup 27.862 pendonor dalam periode Mei 2020 dan Juni 2022 yang sebelumnya telah menjalani pengetesan Covid-19 dengan akurasi tinggi.
Pendonor dikategorikan sebagai pendonor Covid-19 bila mereka terbukti positif Covid-19 selama menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan, pendonor memiliki status Covid-19 aktif bila mereka terbukti positif Covid-19 dalam waktu dua hari sebelum organ mereka diambil. Status Covid-19 selesai diberikan kepada pendonor yang awalnya terbukti positif Covid-19 namun statusnya telah menjadi negatif sebelum organ mereka diambil.
Dari total pendonor yang diteliti, sebanyak 1.445 di antaranya berstatus sebagai pendonor Covid-19. Sebanyak 1.017 pendonor memiliki status aktif dan 428 lainnya berstatus selesai.
Tim peneliti lalu memantau 239 prosedur transplantasi jantung pada pasien dewasa. Sebanyak 150 pasien penerima donor mendapatkan organ dari pendonor dengan status Covid-19 aktif. Sedangkan 89 pasien lain mendapatkan organ dari pendonor dengan status Covid-19 selesai.
Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat kematian di antara para pasien penerima organ dari pendonor Covid-19 aktif dalam kurun waktu enam bulan adalah 13,8 persen. Sedangkan, tingkat kematian setelah satu tahun adalah 23,2 persen.
Sebagai perbandingan, pasien penerima organ dari pendonor tanpa Covid-19 dalam waktu enam bulan adalah 7 persen. Sedangkan, dalam satu tahun, angka kematian di antara mereka adalah 9,2 persen. Angka serupa ditemukan pada kelompok pasien penerima organ dari pendonor Covid-19 dengan status selesai.
Temuan terbaru ini mengindikasikan pentingnya evaluasi organ donor yang menyeluruh pada berbagai pusat transplantasi jantung. Para ahli yang terlibat juga perlu menakar manfaat dan risiko penggunaan organ yang berasal dari pendonor Covid-19 aktif.
"(Temuan ini) meningkatkan kewaspadaan terkait penerimaan organ jantung dari pendonor dengan status Covid-19 aktif atau baru," ujar Chief of Cardiology di Mount Sinai Morningside, Sean Pinney.
Di sisi lain, Pinney menilai perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih menyeluruh terkait penggunaan organ dari pendonor Covid-19 aktif. Salah satu alasannya, studi terbaru ini belum dapat menjelaskan mekanisme yang membuat organ dari pendonor Covid-19 aktif bisa meningkatkan risiko kematian penerima donornya.
"Selain itu, kita juga tidak tahu status imunisasi dari para penerima dan bagaimana vaksinasi bisa memengaruhi hasil pengobatan," kata Pinney.