REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Generasi Z atau Gen Z mulai memasuki dunia kerja. Namun, sebelumnya, tentu lebih baik jika Gen Z tahu kiat tersendiri untuk memasuki dunia baru tersebut.
Menurut psikolog dan Pakar Pengembangan Sumber Daya Manusia Dra. Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt., tantangan yang dihadapi generasi Z, terutama bagi mereka yang baru saja memasuki dunia kerja sangatlah besar. Hal ini karena pandemi Covid-19 dapat membuat gap atau jarak dalam daya kompetensi generasi Z dengan kebutuhan perusahaan saat ini.
“Proses belajar atau training belum semua organisasi melihatnya sebagai isu penting,” kata wanita yang akrab disapa Dhani ini dalam paparannya di acara “ZTalks Upskilling The Indonesian Modern Workforce” di Jakarta, Selasa.
Oleh sebab itu, generasi Z membutuhkan dorongan untuk memperkuat literasi dalam berbagai literasi, terutama literasi di bidang teknologi dan digital yang saat ini banyak digunakan. Untuk itu, gen Z dapat memilih bentuk atau jenis pembelajaran yang dapat menunjang pengembangan kompetensi mereka, terutama kompetensi di bidang pekerjaan yang diinginkan.
Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat dipilih adalah pelatihan berbasis digital atau boothcamp digital yang saat ini cukup banyak tersedia di Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik gen Z yang lebih senang dengan sesuatu yang atraktif agar minat mereka untuk mempelajari keahlian baru atau pengetahuan baru semakin meningkat. Motivasi gen Z untuk belajar pun akan semakin tinggi, sehingga persyaratan masuk kerja yang mereka butuhkan dapat terpenuhi.
Selain itu, gen Z dapat mengakses informasi yang kredibel mengenai hal-hal yang diperlukan dalam persiapan kerja di masa mendatang, seperti informasi perusahaan tujuan, keahlian yang dibutuhkan pada perusahaan yang dituju, dan lainnya. Gen Z juga perlu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang masing-masing-masing dari mereka miliki agar sesuai dengan kompetensi yang perusahaan butuhkan saat mereka melamar sebuah pekerjaan.
Dhani juga mengingatkan agar gen Z jangan mudah mager atau malas gerak. Terkadang, perasaan mager tersebut dapat menghambat mereka untuk berkembang, salah satunya berkembang untuk mempelajari hal baru.
Jika gen Z merasa mager, mereka dapat memanfaatkan kelompok pertemanan atau peer untuk memacu semangat. Dhani mengatakan gen Z cenderung melihat siapa saja yang dapat memengaruhi mereka untuk melakukan suatu hal, sehingga melihat teman sebagai rekan belajar dapat membuat mereka terdorong untuk melakukan hal yang lebih positif.
Ia juga menyarankan agar gen Z yang saat ini sedang dalam tahap mencari kerja untuk mempersiapkan diri dengan baik. Ubah pola pikir atau mindset yang sebelumnya ragu-ragu dalam melakukan suatu hal, salah satunya mencari pekerjaan, menjadi optimisme agar hasil yang didapatkan dapat lebih maksimal.
Selain itu, perlihatkan sikap yang baik selama proses pencarian kerja berlangsung karena personalia atau human resources selalu melihat sikap yang ditunjukkan calon pekerja di perusahaan mereka. Manfaatkan juga pusat karir di kampus-kampus untuk mengetahui informasi seputar karir agar gen Z dan calon pekerja lebih siap untuk mempersiapkan karir mereka.
“Manfaatkan career center di tiap akademi, mahasiswanya sendiri harus mendorong diri karena wadah itu (sudah) disiapkan,” ujar Dhani.