Rabu 03 May 2023 20:37 WIB

Serangan Jantung yang Dialami Wanita Lebih ‘Parah’ Dibandingkan Pria

Hampir 35 persen wanita dirawat lagi dibandingkan dengan 23 persen pria.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang pria mengalami sakit jantung (ilustrasi). Serangan jantung yang dialami wanita biasanya lebih berbahaya dibandingkan pria (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Seorang pria mengalami sakit jantung (ilustrasi). Serangan jantung yang dialami wanita biasanya lebih berbahaya dibandingkan pria (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi mengungkapkan, perempuan muda mengalami serangan jantung lebih buruk dan berpeluang lebih kembali ke rumah sakit setelah serangan jantung dibandingkan pria pada kelompok usia sama. Studi tersebut diterbitkan di Journal of American College of Cardiology pada Senin (1/5/2023).

Para peneliti menggunakan data dari studi VIRGO yang memberikan informasi pengamatan tentang pengobatan dan hasil serangan jantung pada kelompok usia 18 hingga 55 tahun. Dalam studi ini, para peneliti melihat informasi kesehatan dari 2.985 orang yang terdiri dari 2.009 wanita dan 976 pria. Usia rata-rata adalah 47 tahun.

Baca Juga

Mereka melaporkan semua penyebab rawat inap dalam satu tahun setelah keluar dari rumah sakit. Disebutkan, hampir 35 persen wanita dirawat lagi dibandingkan dengan 23 persen pria. Para peneliti menggunakan rumah sakit atau observasi tinggal lebih lama dari 24 jam.

Penyebab paling umum dari rawat inap kembali adalah serangan jantung dan nyeri dada. Selain itu, wanita yang mengalami serangan jantung memiliki hasil yang lebih buruk dibandingkan pria.

Para wanita dalam penelitian ini memiliki prevalensi penyakit penyerta yang lebih tinggi termasuk obesitas, gagal jantung kongestif, stroke sebelumnya, dan penyakit ginjal. Wanita yang lebih muda lebih cenderung berpenghasilan rendah, memiliki riwayat depresi, dan memiliki status kesehatan yang jauh lebih buruk dibandingkan pria.

Para wanita juga cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari pertolongan medis setelah mengalami nyeri dada, tiba di ruang gawat darurat rata-rata lebih dari enam jam sejak awal gejala mereka. Menurut ahli jantung di NYU Langone Heart, New York, dr Anais Hausvater, ada banyak alasan wanita cenderung menunda mencari perawatan untuk gejala serangan jantung dibandingkan dengan pria.

“Peran berbasis gender seperti pengasuhan dan tanggung jawab rumah tangga cenderung membuat perempuan cenderung menunda pengasuhan. Selain itu, wanita lebih kecil kemungkinannya dibandingkan pria untuk mengaitkan gejala mereka dengan jantung,” kata Hausvater, dilansir Medical News Today, Rabu (3/5/2023).

Dia menyebut ini terjadi karena kesadaran pada wanita lebih rendah soal penyakit kardiovaskular. Ironisnya, penyakit itu merupakan pembunuh nomor satu di kalangan perempuan.

Dalam survei tahun 2019, kurang dari separuh wanita mengetahui bahwa penyakit jantung adalah penyebab utama kematian. Kesadaran lebih rendah di kalangan perempuan muda dan minoritas.

Para wanita dalam penelitian ini lebih cenderung memiliki:

1. Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) yang disebabkan ketika jantung tidak mendapatkan cukup oksigen.

2. Myocardial Infarction with Non-Obstructive Coronary Arteries (MINOCA)

Para wanita dengan MINOCA kebanyakan non-Hispanik Hitam, perokok, memiliki status pendidikan rendah, dan memiliki kepuasan pengobatan terendah dibandingkan dengan penyakit arteri koroner obstruktif. Mereka tinggal di rumah sakit lebih lama dan lebih jarang menerima terapi medis yang direkomendasikan oleh pedoman, termasuk aspirin, statin, beta-blocker, dan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor).

Para peneliti mengatakan, temuan mereka menunjukkan perlunya strategi pencegahan sekunder untuk mengurangi rawat inap terkait koroner. Mereka menyarankan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui penyebab rawat inap non-jantung karena perbedaan gender lebih terlihat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement