REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak selama libur lebaran? Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan minum obat kolesterol semisal simvastatin usai menyantap makanan tinggi lemak pada pagi hari tak berarti pada sore hari kolesterol langsung turun.
"Simvastatin baru berkhasiat kalau dikonsumsi rutin, jadi enggak benar kalau lebaran pagi banyak makan berlemak dan langsung minum Simvastatin sorenya lalu dianggap kolesterolnya turun," ujar Prof Tjandra yang pernah menjabat sebagai direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu melalui pesan elektroniknya kepada Antara, Senin (24/3/2023).
Simvastatin merupakan nama generik obat kolesterol, tepatnya Low Density Lipoprotein (LDL) atau dikenal sebagai kolesterol jahat karena merupakan penyebab utama munculnya plak dalam pembuluh darah, serta meningkatkan kolesterol baik atau High Density Lipoprotein (HDL). Jenis lain obat kolesterol antara lain atorvastatin, rosuvastatin, dan lainnya.
Menurut Prof Tjandra yang juga direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi, kalaupun seseorang ternyata memiliki kadar kolesterol jahat yang tinggi, maka tak cukup hanya dengan konsumsi satu jenis statin. Dia perlu mengimbanginya dengan pengaturan pola makan tepat dan olahraga.
Prof Tjandra menyarankan orang-orang tidak langsung meminum obat termasuk untuk kolesterol seperti simvastatin tanpa resep dokter. Ia mengingatkan untuk tidak mengikuti praktik self medication.
"Tentang efek samping, maka semua obat yang harus dengan resep dokter seperti simvastatin tentu baru boleh diminum kalau dianjurkan oleh dokter, jangan self medication," demikian pesan dia.
Dalam kesempatan wawancara yang berbeda, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia Dr (Cand.) dr Inggrid Tania MSi mengatakan gejala seperti leher tegang, pusing, begah, dan mual yang muncul setelah konsumsi makanan tinggi lemak belum langsung berhubungan dengan kolesterol. Ini lantaran proses lemak dimetabolisme akhirnya menjadi kolesterol membutuhkan waktu.
Gejala tersebut biasanya muncul segera atau dalam hitungan menit usai seseorang menyantap makanan tinggi lemak, khususnya lemak jenuh, seperti hidangan bersantan. Makanan bersumber pangan hewani selain tinggi lemak jenuh juga tinggi kolesterol.
Walau begitu, tanda kolesterol jahat tinggi sebetulnya bisa juga berupa keluhan semacam itu. Tetapi, menurut Inggrid, yang dikhawatirkan gejala tidak terasa lalu menimbulkan aterosklerosis atau plak menyumbat arteri yang menjadi pemicu terjadinya penyakit jantung koroner.
"Jadi yang tidak terasa ini yang justru lebih berbahaya karena ujung-ujungnya bisa serangan jantung, misalnya," tutur dia.