Sabtu 15 Apr 2023 13:37 WIB

Anda Stres? Bisa Terlihat dari Cara Menggerakkan Mouse

Mereka yang stres bisa tiba-tiba melakukan pukulan berlebihan pada mouse.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Para peneliti dari ETH Zurich Jerman menemukan fakta bahwa mereka yang stres bisa tiba-tiba melakukan pukulan berlebihan pada mouse.  Hal itu terjadi karena tingkat stres yang tinggi berdampak negatif pada keterampilan motorik dan kemampuan otak untuk memproses informasi, yang pada akhirnya membuat seseorang menggerakkan mouse dengan panik.(ilustrasi)
Foto: Engadget
Para peneliti dari ETH Zurich Jerman menemukan fakta bahwa mereka yang stres bisa tiba-tiba melakukan pukulan berlebihan pada mouse. Hal itu terjadi karena tingkat stres yang tinggi berdampak negatif pada keterampilan motorik dan kemampuan otak untuk memproses informasi, yang pada akhirnya membuat seseorang menggerakkan mouse dengan panik.(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Banyak orang mungkin sedang mencoba menyembunyikan stres di tempat kerja. Tapi sebuah penelitian baru mengungkapkan cara seseorang menggunakan mouse komputer adalah kunci.

Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (15/4/2023), para peneliti dari ETH Zurich Jerman menemukan fakta bahwa mereka yang stres bisa tiba-tiba melakukan pukulan berlebihan pada mouse.

Baca Juga

Hal itu terjadi karena tingkat stres yang tinggi berdampak negatif pada keterampilan motorik dan kemampuan otak untuk memproses informasi, yang pada akhirnya membuat seseorang menggerakkan mouse dengan panik.

Studi ini juga menemukan bahwa orang yang stres dapat terlihat dari cara menekan keyboard. Mereka akan mengambil banyak jeda dan membuat lebih banyak kesalahan pengetikan. Sedangkan orang yang santai mengambil jeda lebih sedikit tetapi lebih lama, serta menghasilkan sedikit kesalahan.

Penulis studi utama yang juga seorang ahli matematika di ETH Zurich, Mara Nägelin, mengatakan orang-orang yang stres akan menggerakkan pointer mouse lebih sering dan kurang tepat, serta duduk dengan jarak yang lebih jauh dari layar.

“Sebaliknya, orang yang santai mengambil jarak duduk lebih pendek dan lebih langsung untuk mencapai tujuan mereka, serta membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukannya,” ungkap Nägelin.

Zurich bekerja dengan 90 peserta yang melakukan tugas kantor sambil mengenakan alat pemantau jantung. Beberapa peserta bekerja tanpa gangguan, sementara yang lain mengikuti wawancara kerja dan berulang kali diinterupsi oleh pesan obrolan. Kemudian, tim mencatat pergerakkan mouse dan keyboard setiap orang.

“Kami terkejut bahwa perilaku mengetik dan mouse adalah prediktor yang lebih baik tentang bagaimana subjek yang stres merasa lebih baik, daripada melihat dari detak jantung,” kata Nägelin.

Sebuah studi tahun 2018 menyebutkan banyak pria dan wanita mengalami stres di tempat kerja, namun peningkatan stres akan lebih mungkin membunuh pria dengan masalah jantung.

Para peneliti dari University College London menemukan pria dengan masalah jantung enam kali lebih mungkin memgalami kematian dini, jika mereka memiliki pekerjaan yang membuat stres. Bahkan ini tetap berisiko meskipun mereka tetap bugar dan makan makanan yang sehat.

Temuan tersebut memberikan bukti adanya hubungan antara tekanan pekerjaan dan risiko kematian dini pada pria dengan penyakit kardiometabolik, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes.

“Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol saja tidak mungkin menghilangkan risiko ini (stres di tempat kerja),” ujar peneliti utama dari University College London, Prof Mika Kivimäki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement