Kamis 13 Apr 2023 15:55 WIB

Pup Berdarah tak Melulu karena Wasir, Dokter Bahkan Sering Keliru

Tak semua kasus buang air besar berdarah merupakan akibat wasir.

Rep: Desy Susilawati / Red: Qommarria Rostanti
Seseorang mengalami wasir (ilustrasi). Menurut dokter, feses berdarah tidak berarti orang tersebut pasti mengalami wasir.
Foto: www.freepik.com
Seseorang mengalami wasir (ilustrasi). Menurut dokter, feses berdarah tidak berarti orang tersebut pasti mengalami wasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat buang air besar (BAB), apakah feses Anda disertai darah? Jika ya, waspadalah, bisa jadi Anda menderita kanker usus besar atau kolorektal.

"BAB berdarah ciri kanker usus besar," ujar Umum Yayasan Kanker Indonesia Pusat, Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, dalam webinar bertajuk “Berteman dengan Kanker Kolorektal: Kenali dan Pahami” yang diselenggarakan Yayasan Kanker Indonesia dan MSD Indonesia, Rabu (13/4/2023).

Baca Juga

Menurut Prof Aru, dokter saja terkadang sering meleset mengenai gejala pendarahan lewat BAB. Gejala tersebut dianggapnya hemoroid atau wasir (ambeien), padahal bisa jadi gejala kanker usus besar. "Memang 80 persen BAB berdarah disebabkan ambeien. Namun 20 persen bisa kecolongan. Jadi kalau BAB berdarah harus cari tahu penyebabnya apa," ujarnya.

Prof Aru Sudoyo menjelaskan, kanker kolorektal adalah penyakit di mana sel-sel di usus besar atau rektum tumbuh di luar kendali. Gejala lain kanker usus besar adalah pendarahan pada rektum (bagian ujung usus besar) dan badan turun tanpa sebab yang jelas.

Anda juga kerap merasa mudah lelah atau lemah berlebihan, diare, sembelit, buang air besar terasa tidak tuntas, mual, muntah, perut terasa nyeri, kram, atau kembung. Selain itu, adanya perubahan pada pola BAB. "Hari ini keras, besok lancar, besoknya kecil-kecil," ujarnya.

Jika menemukan gejala-gejala tersebut, lakukan skrining dan periksa ke dokter. Kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang patut diwaspadai oleh semua orang. Data dari Globocan 2020 memperkirakan ada 9.503.710 kasus kanker baru dan 5.809.431 kematian akibat kanker di Asia.

Di Indonesia kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru pada kanker kolorektal mencapai 34.189 (8,6 persen). Kanker kolorektal, selain mengancam jiwa, juga memberikan tantangan bagi penyintas seperti ketidaknyamanan dan stres.

Kanker kolorektal atau kanker usus besar merupakan keganasan yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan rektum (bagian usus paling bawah, sampai anus atau dubur). Sebagian besar kanker kolorektal dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rektum.

Kemungkinan polip berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip tersebut. Jika kanker terbentuk dalam polip, maka kanker tersebut dapat tumbuh ke dinding usus besar atau rektum dari waktu ke waktu. Di Indonesia, kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi diurutan kelima.

Faktor risiko kanker kolorektal terdiri atas faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah seperti berusia di atas 50 tahun, memiliki riwayat menderita polip, memiliki riwayat infeksi usus besar, memiliki riwayat polip ataupun kanker usus besar dalam keluarga, faktor genetik dan faktor ras dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat diubah antara lain kebiasaan konsumsi berlebih daging merah dan daging olahan, diet tidak seimbang dan kurang sehat, dan kurang aktivitas fisik. Ada juga obesitas, konsumsi rokok dan paparan asap rokok, konsumsi alkohol berlebih, menderita gangguan pencernaan berulang, dan memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement