REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa orang yang terpapar polusi udara dengan tingkat tinggi sebelum pandemi cenderung memiliki respons antibodi yang lebih rendah terhadap vaksin Covid-19. Hal itu diungkap oleh para peneliti dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal), dan Germans Trias i Pujol Research Institute (IGTP) di Spanyol.
Menurut studi tersebut, paparan partikulat mikro (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan blank carbon (BC) dikaitkan dengan sekitar 10 persen penurunan respons antibodi IgM dan IgG pada orang yang tidak memiliki infeksi sebelumnya.
Fakta bahwa infeksi sebelumnya menyebabkan respons vaksin yang lebih tinggi dapat menjelaskan mengapa efek polutan hanya diamati pada orang yang tidak memiliki infeksi sebelumnya.
"Polusi udara dapat menyebabkan peradangan kronis, yang telah dikaitkan dengan efek negatif pada kemanjuran vaksin. Temuan kami konsisten dengan bukti bahwa polutan organik yang persisten mengurangi respons vaksin pada anak-anak," kata Carlota Dobano, seorang peneliti dari ISGlobal, seperti dilansir Times Now News, Kamis (6/4/2023)
Tim peneliti menganalisis data dari 927 peserta berusia 40 hingga 65 tahun, yang menjawab kuesioner dan memberikan sampel darah pada musim panas 2020 tepat setelah lockdown pertama, serta pada tahun 2021 setelah dimulainya vaksinasi Covid-19.
Semua peserta studi telah menerima satu atau dua dosis vaksin Covid-19 utama yang diberikan di Spanyol, meliputi vaksin dari AstraZeneca, Pfizer, atau Moderna. Tim peneliti mengukur antibodi IgM, IgG, dan IgA terhadap lima antigen virus, tiga di antaranya pada protein Spike yang terkandung dalam vaksin.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada individu yang tidak terinfeksi, paparan PM2.5, NO2, dan BC sebelum pandemi dikaitkan dengan penurunan antibodi Spike yang diinduksi oleh vaksin sebesar 5 persen hingga 10 persen. Penurunan antibodi terlihat dari respons IgM awal dan respons akhir yang diukur dengan IgG.