Senin 03 Apr 2023 14:57 WIB

Perempuan Lebih Berpotensi Alami Tekanan Mental, Ini Alasannya

Gadis remaja disebutkan sering merasa sedih, putus asa, bahkan ingin bunuh diri.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sejumlah 57 persen remaja putri dilaporkan merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus dalam satu tahun terakhir. Sementara, 29 persen remaja laki-laki melaporkan perasaan itu.  (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah 57 persen remaja putri dilaporkan merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus dalam satu tahun terakhir. Sementara, 29 persen remaja laki-laki melaporkan perasaan itu. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para profesional medis berpendapat remaja perempuan lebih rentan mengalami tekanan mental dibandingkan remaja laki-laki. Hal itu didukung data survei dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Survei Perilaku Berisiko Remaja CDC dua tahunan yang terbaru menunjukkan bahwa kesehatan mental telah memburuk untuk semua remaja, terutama untuk remaja perempuan. Para gadis remaja melaporkan lebih banyak kesedihan, keputusasaan, dan upaya bunuh diri.

Baca Juga

Studi itu mencakup data lebih dari 17 ribu siswa di 152 sekolah negeri dan swasta. Sejumlah 57 persen remaja putri dilaporkan merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus dalam satu tahun terakhir. Sementara, 29 persen remaja laki-laki melaporkan perasaan itu.

Selama periode 10 tahunan, ada peningkatan hampir 60 persen gadis remaja yang mempertimbangkan untuk bunuh diri secara serius. Pada 2021, 30 persen remaja perempuan dan 14 persen remaja laki-laki mengaku memiliki pemikiran tersebut.

"Perbedaan kesehatan mental antara anak laki-laki dan perempuan bukanlah hal baru, tetapi peningkatan besar dan cepat dalam kesehatan mental yang buruk di antara remaja perempuan selama dekade terakhir sangat mengkhawatirkan," ujar pimpinan divisi kesehatan remaja dan sekolah CDC, Kathleen Ethier.

Psikiater anak dan reproduksi Misty Richards secara terus terang mengatakan gadis remaja di AS tidak sedang baik-baik saja. Direktur program untuk Child and Adolescent Psychiatry Fellowship University California Los Angeles itu mengatakan pandemi Covid-19 memperparah krisis kesehatan mental remaja, terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

"Pandemi Covid-19 meningkatkan retakan yang sudah ada dalam kurangnya perawatan psikiatris dan keterampilan mengatasi masalah di generasi muda," kata Richards, dikutip dari laman //JAMA Network//, Senin (3/4/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement