Rabu 29 Mar 2023 04:01 WIB

Bapak Ibu, Coba Cek Teman-teman Sang Buah Hati

Tekanan teman sebaya jadi salah satu faktor yang memengaruhi kekerasan remaja.

Remaja cenderung ingin menemukan identitas, dan ketika berkelompok mereka jadi punya satu identitas sosial atau identitas kebersamaan, mereka merasa memiliki misi dan tujuan yang sama sehingga memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan itu/ilustrasi.
Foto: Dok. Universitas BSI
Remaja cenderung ingin menemukan identitas, dan ketika berkelompok mereka jadi punya satu identitas sosial atau identitas kebersamaan, mereka merasa memiliki misi dan tujuan yang sama sehingga memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan itu/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tekanan teman sebaya atau peer pressure jadi salah satu faktor yang memengaruhi kekerasan remaja, kata psikolog Dian Kusumawardhani di Jakarta, Selasa.

"Remaja juga memiliki tuntutan teman sebaya atau peer pressure dalam kelompok. Adanya tokoh di dalam kelompok yang punya kekuasaan dan bisa memimpin teman-temannya, akan sangat memengaruhi perilaku mereka," kata Dian yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) menanggapi maraknya tawuran remaja di wilayah Ibukota.

Baca Juga

Dian menambahkan, karena remaja ada dalam satu lingkungan, mereka melakukan minatnya bersama-sama. Apabila tidak terlibat dalam kegiatan tersebut, mereka takut kehilangan teman atau terancam dikeluarkan dari kelompok.

"Di usianya, remaja cenderung ingin menemukan identitas, dan ketika berkelompok mereka jadi punya satu identitas sosial atau identitas kebersamaan, mereka merasa memiliki misi dan tujuan yang sama sehingga memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan itu," lanjut Dian.

Ketika remaja memasuki usia dewasa muda (emerging adulthood) yaitu usia 21 tahun ke atas, mereka memiliki perkembangan psikologis yang tidak sama dibandingkan saat remaja.

"Di usia ini, akan ada pertanyaan-pertanyaan berat, seperti ketika lulus sekolah mau ngapain, mau sekolah lagi atau mau kerja, sudah punya pacar atau belum, lalu apakah ada rencana menikah," kata Dian.

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, mereka cenderung ingin melampiaskan atau mengalihkan energinya.

Untuk itu, orang tua dan keluarga berperan penting dalam memberikan fasilitas bagi mereka untuk menyalurkan energi ke hobi yang positif agar tawuran bisa dihindari, ujar Dian.

Kekerasan antara remaja belakangan marak terjadi di DKI Jakarta. Di pekan pertama Ramadhan 1444 H hingga Jumat (24/3), tercatat ada delapan aksi tawuran remaja dan warga yang terjadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement