Senin 27 Mar 2023 16:18 WIB

Mitos Hamil Terbesar yang tak Perlu Dipercaya, Apalagi yang Ada di Tiktok

Stres hampir tidak pernah menyebabkan kemandulan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Kehamilan (ilustrasi). Ada empat mitos besar tentang kehamilan yang tak perlu dipercaya.
Foto: www.freepik.com.
Kehamilan (ilustrasi). Ada empat mitos besar tentang kehamilan yang tak perlu dipercaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama sekitar setahun terakhir, ahli endokrin reproduksi dr Steven Palter menemui sekitar satu pasien sepekan mengikuti perawatan kesuburan dari Tiktok. Palter ingin memerangi kesalahan informasi kesuburan dan mengungkap proses dan solusi sesuai bidangnya.

Pendiri dan direktur medis dan ilmiah Gold Coast IV, Woodbury, New York, Amerika Serikat, memiliki sekitar 200 ribu pengikut di gabungan platform media sosialnya.

Baca Juga

“Begitu pasien mendapat jawaban, ada kelegaan yang luar biasa. Mendapatkan jawaban itu membawa mereka dari perasaan tersesat dan putus asa, mereka jadi memiliki hal yang jelas untuk diperjuangkan, dan jalan untuk mengatasinya,” ujar Palter dilansir laman Insider, Senin (27/3/2023).

Berikut ini adalah empat mitos kesuburan terbesar, dan bagaimana pasiennya dapat menemukan solusi yang sesuai untuk mereka:

1. Harus hamil secara alami selama beberapa waktu sebelum mencari bantuan

Organisasi medis cenderung merekomendasikan seseorang untuk mencari bantuan kesuburan setelah mengalami beberapa hal berikut ini: setelah satu tahun mencoba untuk hamil secara alami jika mereka berusia di bawah 35 tahun; atau enam bulan percobaan hamil secara alami jika mereka berusia di atas 35 tahun. Namun Palter mengatakan, enam bulan terlalu lama untuk menunggu jika seseorang atau pasangan memiliki faktor risiko tertentu seperti berusia di atas 35 tahun, kurang siklus menstruasi, mengalami nyeri haid yang parah, atau memiliki pasangan yang menjalani kemoterapi.

“Dalam kasus tersebut, kita harus segera dievaluasi,” kata Palter.

Hal itu dapat menghemat waktu dengan mengidentifikasi hambatan potensial lebih awal dan menemukan solusi yang memungkinkan. Misalnya, seseorang dengan riwayat nyeri haid mungkin memiliki endometriosis yang tidak terdiagnosis. Dengan menunda pengobatan lebih lanjut, tidak akan membantu peluang mereka untuk hamil.

2. Merasa telah menjalani semua tes

Palter cukup sering menemui pasien yang mengatakan bahwa mereka telah menjalani semua tes, namun masih tidak tahu mengapa tidak bisa hamil. Palter mengatakan, tidak ada satu panel universal yang mencakup semua kemungkinan penyebab infertilitas. Bahkan jika ada, bagaimana dokter melakukan dan menginterpretasikan hasilnya bisa sangat bervariasi.

“Hanya karena seorang dokter memberi tahu bahwa kita telah dites semuanya, tidak berarti bahwa tes itu selesai, dilakukan dengan benar, atau ditafsirkan dengan benar. Saya melihat ini sepanjang waktu,” ujar Palter.

Palter memiliki satu pasien yang telah mencoba untuk hamil selama lebih dari lima tahun dan diberi tahu bahwa tuba falopinya normal berdasarkan sinar-X. Tetapi ketika Palter memeriksakan dengan sinar-X asli, dia menyadari bahwa tubanya benar-benar tersumbat, yang dapat diobati meskipun sulit dikenali, terutama jika cairan menghalangi jalur telur.

Seberapa akurat hasil pemindaian seperti sinar-X dan ultrasonografi, sangat bergantung pada keterampilan orang yang melakukan tes dan orang yang menafsirkannya. “Sangat sering dokter kesuburan hanya mengandalkan interpretasi ahli radiologi, dan tidak melihat gambar aslinya. Selalu ada hal-hal yang terlewatkan,” ujar Palter.

3. "Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan" berarti tidak ada penyebabnya

Sering kali, ketika dokter mengatakan "infertilitas yang tidak dapat dijelaskan", mereka hanya bermaksud untuk lebih masuk akal melanjutkan perawatan infertilitas, daripada melakukan pengujian invasif untuk menentukan penyebab yang mendasarinya. “Misalnya, mungkin ada masalah dengan sel telur wanita, tapi kita tidak akan melihat masalah itu sampai kita melakukan IVF,” kata dia.

“Kami menemukan pasien yang berusia 40-an dan perimenopause, dan diberi tahu bahwa itu tidak dapat dijelaskan. Padahal bukan, itu sudah jelas terkait usia. Atau, mereka tidak berovulasi atau menderita endometriosis, tetapi belum ada yang mengevaluasinya secara menyeluruh,” jelas Palter.

4. Stres dan berat badan adalah penyebab ketidaksuburan yang umum

Palter melihat pasien yang diberi tahu bahwa mereka tidak berusaha cukup keras, atau mereka hanya perlu menurunkan berat badan atau mengurangi stres. “Stres hampir tidak pernah menyebabkan kemandulan kecuali sampai pada titik di mana siklus menstruasi berhenti,” kata dia.

Meskipun berat badan berlebih dapat memengaruhi kesuburan, sebagian karena cara lemak berlebih ini berinteraksi dengan hormon seks. Tidak ada alasan untuk tidak mengobati faktor lain yang berkontribusi terhadap ketidaksuburan.

Berat badan mungkin menjadi penyebab, tapi bukan berarti tidak mengobatinya dengan obat-obatan untuk memperbaiki masalah hormonal. “Menyingkirkan pasien tanpa membuat diagnosis, karena mereka sedang stres atau kelebihan berat badan, adalah tindakan merugikan yang mengerikan,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement