Kamis 23 Mar 2023 21:29 WIB

Dokter Bagi Tips Hadapi Anak Susah Makan

Anak bisa diberi asupan makanan setiap tiga jam.

Anak mengonsumsi minuman manis (ilustrasi). Konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, dinilai sudah tergolong berlebihan.
Foto: www.freepik.com
Anak mengonsumsi minuman manis (ilustrasi). Konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, dinilai sudah tergolong berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc. menilai orang tua bisa mencoba metode small freuquent feeding untuk mengatasi balita yang susah makan dan berat badan yang tidak bertambah.

Mulyasaat dijumpai di Jakarta, Kamis (23/3/2023), menjelaskan metode small frequent feeding adalah menjadwalkan makan setiap tiga jam dalam sehari dengan porsi yang sedikit dan tetap memperhatikan kecukupan nutrisi.

Baca Juga

"Ibu harus tingkatkan asupan makannya (pada balita), jadi, small frequent feeding. Sekarang asupan input-nya banyak, tapi output-nya lebih banyak untuk aktivitas (karena) anaknya lagi tumbuh kembang, perkembangan otaknya lagi dikuras dari nutrisinya, kalorinya. Sekarang asupannya dinaikkan setiap tiga jam makan," kata Mulya.

Mulya mencontohkan metode small frequent feeding bisa diterapkan dengan membuat jadwal sarapan balitapada jam enam pagi dengan hidangan sereal atau susu sebanyak satu gelas. Kemudian, anak akan makan lagi pada jam sembilan pagi dengan porsi gizi seimbang dalam satu piring.

Selanjutnya, anak akan makan utama lagi pada siang hari dan makan kudapan pada sore hari. Mulya menggarisbawahi pentingnya asupan susu pada balita yang susah makan dengan berat badan yang tidak kunjung naik. Susu juga baik untuk dikonsumsi mengingat komponen nutrisi di dalamnya sudah lengkap mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral.

Jika anak tetap enggan makan, Mulya mengatakan orang tua perlu menyuguhkan dua pilihan jenis makanan atau bahan makanan. Dengan cara ini, anak diharapkan tidak menolak setelah melihat pilihan makanan yang berbeda.

"Bikin suasana makan menyenangkan. Misalnya, 'Yuk, sekarang mau makan rotinya sama apa, mau keju atau coklat'. Jadi kasih dua pilihan. Atau misalnya, 'Lauknya mau apa'. Atau mungkin pastanya mau campur sama daging cacah atau mau sama ayam," kata Mulya.

Yang tak kalah penting, imbuh dia, buatlah suasana di meja makan menjadi menyenangkan sehingga anak semangat untuk menyantap makanan yang disajikan. Selain itu, orang tua juga perlu menerapkan kedisiplinan jadwal makan dengan harapan anak bisa mengapresiasi apa yang sudah diberikan saat merasa lapar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement