REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kosmetik menjadi salah satu keperluan tersendiri bagi kaum Hawa supaya tampil lebih segar. Namun seiring banyaknya produk kosmetik di pasaran, Muslimah kerap khawatir dengan kehalalan dari kosmetik yang digunakan.
Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Muti Arintawati menjelaskan, seperti halnya pangan, kosmetik memang perlu dipastikan kehalalannya. Pasalnya, kosmetik akan bersentuhan langsung dengan kulit.
“Ketika shalat seseorang harus terbebas dari najis. Sekarang, bagaimana jika kosmetik yang menempel pada kulit mengandung najis? Artinya, shalat menjadi tidak sah karena ada najis yang menempel di tubuh,” kata Muti seperti dikutip dari laman Halal MUI, beberapa waktu lalu.
Muti mengatakan, ada kosmetik yang mengandung bahan najis dan non halal. Najis terbagi menjadi dua golongan yakni ringan yang cukup dicuci dengan air, serta najis yang tergolong berat yang tidak cukup dibersihkan dengan pencucian biasa.
Dalam keterangan LPPOM MUI disebutkan bahwa kosmetik halal harus berbahan halal dan suci, tidak membahayakan, tidak terbuat dari bagian tubuh manusia, dan tidak kedap air. Ketentuan tidak kedap air tersebut dimaksudkan agar kosmetik yang digunakan tidak menghalangi syarat sahnya berwudhu.
Adapun ketentuan tidak membahayakan tentu dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna. Seperti diketahui banyak beredar kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya bagi kulit dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Tentu saja semua hal ini akan sulit diidentifikasi jika hanya dengan kasat mata. Karena itu, penting memilih produk kosmetik yang sudah lolos uji sertifikasi halal supaya aman dipakai saat shalat.
“Jadi, produk berlabel halal MUI bisa menjadi alternatif terbijak dalam memilih kosmetik,” ujar Muti.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
